Benarkah Manusia Terlahir Egois? Sains Membongkar Kembali Sifat Dasar Kita

Kamis, 16 Oktober 2025 - 16:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Sebuah pandangan baru menantang gagasan bahwa manusia pada dasarnya egois, dengan melihat kembali kehidupan nenek moyang kita di zaman prasejarah. Dok: Istimewa

Ilustrasi, Sebuah pandangan baru menantang gagasan bahwa manusia pada dasarnya egois, dengan melihat kembali kehidupan nenek moyang kita di zaman prasejarah. Dok: Istimewa

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Sudah lama banyak pihak menyebarkan anggapan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang egois. Kita dicap kejam, kompetitif, dan selalu haus akan kekuasaan serta materi. Akibatnya, banyak yang memandang kebaikan hanya sebagai topeng untuk motif tersembunyi. Buku terkenal Richard Dawkins, The Selfish Gene, yang dirilis pada 1976, turut mempopulerkan pandangan suram ini.

Buku tersebut seolah membenarkan semangat individualistis dan kompetitif pada zamannya. Dasarnya ia ambil dari psikologi evolusioner, yang berteori bahwa sifat-sifat manusia modern terbentuk di zaman prasejarah—sebuah era yang mereka bayangkan sebagai pertarungan brutal untuk bertahan hidup.

Namun, bagaimana jika asumsi dasar itu keliru?

Mitos Kehidupan Prasejarah yang Kejam

Pandangan tradisional menyatakan bahwa di zaman prasejarah, hanya individu yang paling egois dan kejam yang bisa bertahan hidup. Lebih lanjut, persaingan memperebutkan sumber daya seperti hutan dan hewan liar diyakini memicu rasisme dan peperangan.

Kenyataannya, bukti sejarah menunjukkan gambaran yang sangat berbeda. Sekitar 15.000 tahun yang lalu, dunia sangat sepi. Para ahli memperkirakan populasi seluruh Eropa hanya 29.000 orang, sementara populasi dunia kurang dari setengah juta. Saat itu, nenek moyang kita hidup sebagai pemburu-peramu dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan kepadatan populasi yang begitu rendah, kecil kemungkinannya mereka harus bersaing sengit untuk mendapatkan sumber daya.

Baca Juga :  Kapolres Jakut Ganjar Penghargaan Anggota Teladan, Tekankan Reward dan Punishment

Pelajaran dari Masyarakat Pemburu-Peramu Modern

Bukti kuat juga datang dari masyarakat pemburu-peramu kontemporer, yang gaya hidupnya mencerminkan kehidupan prasejarah. Antropolog Bruce Knauft mencatat bahwa kelompok-kelompok ini menunjukkan “kesetaraan politik dan seksual yang ekstrem.” Mereka tidak menimbun harta dan justru memiliki kewajiban etis untuk berbagi segalanya.

Sebagai contoh, orang !Kung di Afrika bagian selatan punya cara unik untuk menjaga kesetaraan. Sebelum berburu, mereka bertukar anak panah. Ketika seekor hewan berhasil dibunuh, pujian tidak jatuh kepada si pemanah, tetapi kepada pemilik anak panah tersebut. Jika ada anggota kelompok yang menjadi terlalu dominan, anggota lainnya akan mengucilkan orang itu.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, dalam kelompok-kelompok ini, laki-laki tidak mendikte perempuan. Perempuan memiliki otonomi tinggi, sehingga mereka bebas memilih pasangan, menentukan pekerjaan, dan memiliki hak asuh atas anak-anak mereka jika pernikahan gagal.

Sifat Asli Manusia: Kerja Sama dan Altruisme

Banyak antropolog percaya bahwa masyarakat egaliter seperti !Kung adalah norma hingga beberapa ribu tahun yang lalu. Oleh karena itu, sifat-sifat seperti rasisme, perang, dan dominasi laki-laki tidak akan banyak berguna di era prasejarah. Justru, individu yang egois dan kejam akan lebih sulit bertahan hidup karena kelompok akan mengusir mereka.

Baca Juga :  Machu Picchu: Menguak Kembali Kisah Penemuan 'Kota yang Hilang' Milik Suku Inca

Maka, lebih masuk akal untuk melihat kerja sama, kesetaraan, dan altruisme sebagai sifat bawaan manusia. Inilah sifat-sifat yang dominan selama puluhan ribu tahun dalam sejarah kita.

Lalu, mengapa manusia modern bisa begitu egois? Jawabannya mungkin terletak pada perubahan lingkungan dan psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa ketika habitat alami primata seperti gorila terganggu, mereka cenderung menjadi lebih ierararkis dan keras. Hal yang sama mungkin terjadi pada kita. Berakhirnya gaya hidup berburu-peramu dan munculnya pertanian memicu perubahan psikologis: munculnya rasa individualitas yang baru, yang pada akhirnya melahirkan keegoisan, masyarakat hierarkis, dan peperangan.

Pada akhirnya, sifat-sifat negatif ini tampaknya berkembang begitu baru dalam sejarah kita sehingga sulit untuk menjelaskannya sebagai takdir evolusi. Sifat asli kita mungkin jauh lebih baik dari yang kita duga.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Dari Mitos Yunani Kuno Hingga Navigasi Para Pelaut
Bagaimana Musik Dapat Memperbaiki Kualitas Tidur?
Ritual Membaca Sebelum Tidur: Lebih dari Sekadar Hobi, Ini Adalah Latihan untuk Imajinasi dan Empati
Misteri Kota yang Hilang: Menelusuri Jejak Peradaban Kuno yang Lenyap Ditelan Waktu
Teater Pikiran Bawah Sadar: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak Saat Kita Bermimpi?
Paradoks Fermi: Di Mana Semua Alien? Menatap Langit Malam
Dialog dengan Diri Sendiri: Kekuatan Tersembunyi dari Menulis Jurnal Beberapa Menit Setiap Malam
Pelajaran dari Filsafat Stoa: Menemukan Ketenangan di Tengah Kekacauan

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:17 WIB

Dari Mitos Yunani Kuno Hingga Navigasi Para Pelaut

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:13 WIB

Bagaimana Musik Dapat Memperbaiki Kualitas Tidur?

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:01 WIB

Ritual Membaca Sebelum Tidur: Lebih dari Sekadar Hobi, Ini Adalah Latihan untuk Imajinasi dan Empati

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:51 WIB

Misteri Kota yang Hilang: Menelusuri Jejak Peradaban Kuno yang Lenyap Ditelan Waktu

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:45 WIB

Teater Pikiran Bawah Sadar: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak Saat Kita Bermimpi?

Berita Terbaru

Ilustrasi, Menatap langit malam adalah membaca buku cerita dan peta kompas tertua di dunia. Kenali kisah di balik bintang yang memandu para pelaut kuno. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Dari Mitos Yunani Kuno Hingga Navigasi Para Pelaut

Selasa, 21 Okt 2025 - 22:17 WIB

Ilustrasi, Dari alunan lofi yang menenangkan hingga komposisi klasik yang abadi, temukan sains di balik bagaimana musik bisa menjadi resep terbaik untuk tidur nyenyak. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Bagaimana Musik Dapat Memperbaiki Kualitas Tidur?

Selasa, 21 Okt 2025 - 22:13 WIB