JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Cobalah menatap langit malam yang cerah, jauh dari polusi cahaya kota. Anda akan melihat ribuan bintang berkelip. Setiap titik cahaya itu adalah matahari, dan banyak di antaranya memiliki planet yang mengorbit. Galaksi kita, Bima Sakti, memiliki ratusan miliar bintang. Dan ada miliaran galaksi lain di luar sana.
Dengan angka sebesar itu, seharusnya alam semesta ini penuh dengan kehidupan, bahkan peradaban cerdas yang sudah menjelajahi bintang. Namun, yang kita temukan hanyalah keheningan agung. Inilah inti dari pertanyaan yang diajukan fisikawan Enrico Fermi pada tahun 1950 saat makan siang bersama koleganya: “Di mana semua orang?”. Pertanyaan sederhana ini kini dikenal sebagai Paradoks Fermi, sebuah kontradiksi besar antara probabilitas tinggi adanya kehidupan di luar bumi dan minimnya bukti akan keberadaan mereka.
Angka yang Seharusnya Menjanjikan Keramaian
Logika di balik paradoks ini sangat kuat. Mari kita pertimbangkan:
- Ada triliunan bintang di alam semesta yang bisa kita amati.
- Sebagian besar dari bintang-bintang itu kemungkinan besar memiliki planet.
- Sebagian kecil dari planet-planet itu mungkin berada di “zona layak huni”, di mana air bisa berbentuk cair.
- Di beberapa planet tersebut, kehidupan mungkin muncul.
- Dan di beberapa di antaranya, kehidupan itu mungkin berevolusi menjadi cerdas dan menciptakan teknologi.
Meskipun kita menggunakan asumsi yang paling pesimis sekalipun, seharusnya tetap ada ribuan, atau bahkan jutaan, peradaban di galaksi kita saja. Lalu, mengapa teleskop radio kita tidak menangkap sinyal mereka? Mengapa kita tidak melihat jejak mega-struktur atau pesawat antar-bintang?
Beberapa Jawaban Mengerikan dan Menakjubkan
Para ilmuwan telah mengajukan banyak hipotesis untuk menjawab keheningan kosmik ini, mulai dari yang logis hingga yang benar-benar spekulatif.
- Hipotesis Penyaring Hebat (The Great Filter): Teori ini menyatakan bahwa ada sebuah “dinding” atau rintangan yang sangat sulit dilewati dalam evolusi kehidupan. Mungkin rintangan itu adalah munculnya kehidupan pertama dari materi tak hidup. Atau mungkin lompatan ke kecerdasan sangatlah langka. Skenario yang lebih mengerikan adalah jika “Penyaring Hebat” itu ada di depan kita—misalnya, kecenderungan peradaban teknologi untuk menghancurkan dirinya sendiri.
- Mereka Sengaja Bersembunyi (Hipotesis Kebun Binatang): Bagaimana jika alien ada, dan mereka tahu kita ada, tetapi mereka memilih untuk tidak mengganggu? Seperti penjaga kebun binatang yang mengamati hewan dari kejauhan, peradaban yang jauh lebih maju mungkin memperlakukan Bumi sebagai cagar alam. Mereka membiarkan kita berevolusi secara alami tanpa campur tangan.
- Kita Terlalu Primitif untuk Memahami Mereka: Bayangkan Anda seekor semut di tengah hutan. Apakah Anda akan sadar jika ada jalan tol super sibuk dibangun di sebelah sarang Anda? Mungkin peradaban alien berkomunikasi atau beroperasi pada level yang begitu maju sehingga kita bahkan tidak mampu mendeteksi atau memahaminya. Sinyal mereka mungkin ada di sekitar kita, tetapi kita tidak punya alat yang tepat untuk “mendengarnya”.
- Kita Memang Sendirian: Ini mungkin jawaban yang paling sunyi dan paling dalam. Bagaimana jika, dari triliunan kemungkinan, kehidupan cerdas di Bumi adalah sebuah kebetulan kosmik yang luar biasa? Mungkin kita adalah yang pertama, atau satu-satunya. Jika ini benar, maka tanggung jawab kita untuk menjaga percikan kesadaran ini menjadi jauh lebih besar.
Menatap langit malam dan merenungkan Paradoks Fermi adalah sebuah latihan kerendahan hati. Apakah kita berada di ambang penemuan kosmik terbesar, atau kita hanyalah sebutir debu yang sadar di tengah lautan keheningan? Jawabannya masih tersembunyi di antara bintang-bintang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia