BEIJING, POSNEWS.CO.ID – Di perairan hangat Samudra Hindia, sebuah kompetisi strategis yang senyap namun intens sedang berlangsung. Dua raksasa Asia, India dan Tiongkok, terlibat dalam pertarungan jangka panjang. Mereka memperebutkan pengaruh melalui jaringan pelabuhan, aliansi militer, dan diplomasi ekonomi yang canggih.
Ini bukanlah konfrontasi terbuka, melainkan sebuah permainan catur geopolitik. Setiap pembangunan pelabuhan dan kesepakatan pertahanan menjadi bidak penting yang menentukan masa depan tatanan keamanan regional.
Strategi Untaian Mutiara Tiongkok
Ambisi Tiongkok di Samudra Hindia paling jelas terlihat melalui Belt and Road Initiative (BRI). Para analis menyebut strategi ini sebagai Untaian Mutiara (String of Pearls). Melalui investasi infrastruktur masif, Beijing mendanai dan membangun jaringan pelabuhan komersial di sepanjang pesisir Samudra Hindia.
Proyek-proyek utamanya meliputi:
- Pelabuhan Gwadar di Pakistan: Memberikan Tiongkok akses langsung ke Laut Arab.
- Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka: Tiongkok mengambil alih pelabuhan ini melalui sewa 99 tahun setelah Sri Lanka gagal membayar utangnya.
- Pangkalan Militer di Djibouti: Menjadi pangkalan militer luar negeri pertama Tiongkok, yang berlokasi strategis di Tanduk Afrika.
Beijing bersikeras proyek-proyek ini murni komersial. Namun, banyak pihak di New Delhi dan Barat melihatnya sebagai fasilitas penggunaan ganda (dual-use). Fasilitas ini suatu saat dapat melayani Angkatan Laut Tiongkok dan secara efektif “mengepung” India dari laut.
Respons Kalung Berlian India
Bagi India, Samudra Hindia adalah halaman belakang strategisnya. Merasa terancam oleh kehadiran Tiongkok, New Delhi meluncurkan serangkaian kebijakan balasan. Banyak pihak menyebutnya sebagai strategi “Kalung Berlian” (Necklace of Diamonds).
Di bawah kebijakan SAGAR (Security and Growth for All in the Region), India memposisikan diri sebagai penyedia keamanan utama di kawasan. Respons India meliputi:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
- Pembangunan Pelabuhan Tandingan: India berinvestasi dalam pengembangan Pelabuhan Chabahar di Iran untuk menandingi Gwadar. Mereka juga mengembangkan Pelabuhan Sittwe di Myanmar.
- Aliansi Keamanan Regional: India memperkuat kemitraan pertahanan dengan negara-negara kepulauan seperti Maladewa, Mauritius, dan Seychelles. Salah satunya dengan membangun jaringan radar pesisir untuk memantau lalu lintas maritim.
- Diplomasi Ekonomi dan Budaya: Berbeda dari Tiongkok, Indiaembangunan, jalur kredit, dan pelatihan militer yang sering sering kali menekankanrsama.
menekankan ikatan sejarah dan budaya bersama.
Adu Pengaruh di Negara Ketiga
Negara-negara pesisir Samudra Hindia kini menjadi arena utama persaingan ini. New Delhi dan Beijing memperebutkan pengaruh di Sri Lanka, Maladewa, Myanmar,ing.
Tio dengan tawaran inves Timur.
Tiongkok datang dengan tawaran investasi masif yang sulit negara berkembang tolak. Sebaliknya, India menawarkan kemitraan keamanan yang lebih tepercaya. Pendekatan India juga memiliki citras. Nera kecil ini pun be Akibatnya, negara-negaraisi sulit,coba memanfaatkan pe sulit. Mereka mencoba memanfaatkan persaingan ini untuk keuntungan maksimal tanpa harus memihak. bukan hanya tentang siapa yang memiliki pelabuhan lebih banyak. Ini adalah pertarungan visi tentang siapa yang akan menjadi kekuatan dominan dalam membentuk tatanan keamanan dan ekonomi di salah satu kawasan paling vital di dunia. Hasil dari “permainan besar” ini akan memiliki implikasi mendalam bagi stabilitas global di dekade-dekade mendatang.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia