JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Malam hari di sebuah apartemen di kota metropolitan. Seseorang menelusuri linimasa media sosialnya, melihat ratusan wajah yang ia sebut “teman”. Notifikasi terus berdatangan, tetapi perasaan yang muncul bukanlah kehangatan, melainkan kekosongan. Paradoks ini mendefinisikan kehidupan modern bagi banyak orang: terhubung secara digital dengan ratusan individu, namun merasa sangat sendirian.
Epidemi kesepian ini melanda kota-kota besar di seluruh dunia. Kita hidup lebih dekat secara fisik daripada sebelumnya, namun kita semakin sulit menemukan ikatan emosional yang mendalam. Fenomena ini bukanlah kegagalan personal, melainkan sebuah gejala dari kondisi sosial yang lebih dalam. Salah satu bapak sosiologi, Émile Durkheim, telah mengidentifikasi kondisi ini.
Terapung Tanpa Jangkar Sosial
Sosiolog Prancis, Émile Durkheim, memperkenalkan konsep Anomie untuk menggambarkan kondisi sosial yang berbahaya. Anomie secara harfiah berarti “tanpa norma”. Ini adalah keadaan di mana pedoman moral dan norma sosial yang secara tradisional menyatukan masyarakat telah runtuh atau melemah secara signifikan.
Dalam kondisi anomie, individu kehilangan jangkar sosial mereka. Aturan main yang jelas tentang bagaimana harus bersikap, apa yang mereka yakini, dan di mana posisi mereka dalam masyarakat menjadi kabur. Akibatnya, mereka merasa terombang-ambing, cemas, dan terisolasi dari komunitas yang lebih besar. Mereka mungkin menjadi bagian dari keramaian, tetapi mereka tidak merasa menjadi bagian dari sesuatu yang bermakna.
Runtuhnya Pilar-Pilar Komunal
Beberapa faktor utama mempercepat kondisi anomie di era modern. Pertama, budaya kontemporer yang mengagungkan individualisme ekstrem mendorong kita untuk fokus pada pencapaian pribadi di atas segalanya. Akibatnya, masyarakat sering kali mengesampingkan solidaritas komunal demi persaingan individu, yang pada akhirnya mengikis rasa saling ketergantungan.
Kedua, teknologi mendorong perubahan sosial yang sangat cepat sehingga membuat norma-norma lama menjadi usang sebelum norma baru yang stabil sempat terbentuk. Ketiga, peran institusi komunal tradisional seperti komunitas lingkungan (RT/RW), organisasi keagamaan, atau bahkan ikatan keluarga besar telah menurun drastis. Institusi-institusi ini dulunya memberikan rasa identitas dan pedoman moral yang kuat, tetapi kini pengaruhnya semakin memudar.
Kesehatan Mental dan Pencarian Komunitas Baru
Dampak anomie terhadap individu sangat nyata, terutama pada kesehatan mental. Perasaan terisolasi dan tanpa arah merupakan pemicu utama depresi, kecemasan, dan bahkan perilaku menyimpang. Ketika masyarakat tidak lagi memberikan pedoman yang jelas, individu merasa bahwa hidup mereka tidak memiliki tujuan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kekosongan ini, banyak orang memulai pencarian putus asa untuk menemukan bentuk-bentuk komunitas baru. Mereka mungkin menemukannya dalam fandom musik, guild permainan daring, atau kelompok hobi. Meskipun komunitas-komunitas ini dapat memberikan rasa memiliki, sering kali ikatan tersebut rapuh dan tidak mampu menggantikan fondasi sosial yang telah hilang. Pencarian ini adalah bukti kerinduan mendalam manusia akan jangkar di tengah lautan modernitas yang bergelora.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia