JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Kapan terakhir kali Anda mengunjungi museum di pusat kota? Anehnya, banyak dari kita yang mungkin lebih hafal kafe-kafe estetis di Kyoto atau jalanan di Paris—yang hanya kita lihat dari internet—daripada gang-gang unik di kota tempat kita tinggal.
Kita merasa sudah “tahu” kota kita. Padahal, kita mungkin hanya tahu rute yang sama berulang kali: rumah, kantor, supermarket, dan kembali lagi. Kita menunggu liburan besar untuk merasa “berpetualang”, tanpa sadar kita telah buta terhadap keajaiban di halaman belakang kita sendiri.
Perceptual Blindness di Rumah Sendiri
Dalam psikologi, ada istilah yang disebut ‘perceptual blindness’ (kebutaan persepsi). Ini adalah fenomena di mana otak kita secara aktif mengabaikan hal-hal yang dianggapnya sudah familier agar bisa fokus pada hal-hal “penting” (seperti rambu lalu lintas atau layar ponsel).
Saat rute perjalanan menjadi autopilot, otak kita berhenti “melihat”. Akibatnya, kita melewatkan arsitektur bangunan tua yang unik, kedai kopi tersembunyi di gang sempit, atau taman kecil yang tiba-tiba muncul di antara gedung-gedung. Kita memandang, namun kita tidak lagi mengamati.
Petualangan Tanpa Paspor
Di sinilah tren Staycation atau Micro-Travel (petualangan mikro) menjadi sangat relevan. Ini bukan sekadar soal menginap di hotel dalam kota. Sebaliknya, ini adalah sebuah pergeseran mindset—sebuah undangan untuk menemukan petualangan tanpa perlu paspor, tiket pesawat, atau cuti yang panjang.
Ini adalah seni untuk sengaja “tersesat” dan melihat lingkungan yang familier dengan mata seorang pendatang baru yang penuh rasa penasaran.
Menjadi Turis Lokal dalam 4 Langkah
Bagaimana cara memulainya? Kuncinya adalah mematikan mode autopilot dan mengaktifkan mode “turis”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
- Sengaja Tersesat (Secara Aman): Pilih satu area di kota Anda, parkir kendaraan Anda, dan mulailah berjalan kaki tanpa tujuan. Masuk ke gang-gang yang belum pernah Anda lewati. Amati detail-detail kecil: warna pintu, desain pagar, atau tanaman di depan rumah orang.
- Kunjungi “Jebakan Turis” Lokal: Monumen nasional, museum kota, atau galeri seni yang selalu Anda lewati sambil berpikir “ah, itu kan untuk turis”. Anggap hari ini Anda adalah turis itu. Seringkali, tempat-tempat ini menyimpan cerita fondasi kota Anda.
- Berburu Kuliner Legendaris: Bukan kafe franchise terbaru, tapi coba cari warung kaki lima atau kedai tua yang sudah bertahan puluhan tahun. Tanyakan pada warga sekitar apa makanan “legendaris” di area itu.
- Ubah Rute Harian: Jika Anda biasa lewat jalan A, coba lewat jalan B. Jika Anda biasa naik motor, coba satu hari naik transportasi umum. Perubahan kecil ini akan “memaksa” otak Anda untuk waspada dan mengamati hal-hal baru.
Petualangan adalah Perspektif
Pada akhirnya, menjadi turis di kota sendiri mengajarkan kita satu hal penting: Petualangan bukanlah soal jarak tempuh. Sebab, petualangan adalah soal perspektif.
Ini adalah kemampuan untuk menemukan kebaruan dalam hal yang rutin, dan menyadari bahwa keajaiban tidak selalu menunggu di seberang lautan—kadang ia bersembunyi di belokan jalan yang belum pernah kita ambil.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















