JAKARTA, POSNEWS.CO.ID —Di tengah target Net Zero Emission, diskursus energi nasional terjebak antara ketergantungan pada batu bara dan pengembangan energi terbarukan variabel. Namun, data dan inovasi teknologi menunjukkan adanya pilar strategis keempat yang selama ini terabaikan. Analisis ini mengupas mengapa nuklir canggih bukan lagi sekadar opsi, melainkan sebuah kebutuhan strategis untuk kedaulatan, keadilan, dan keberlanjutan energi Indonesia.
Agenda transisi energi Indonesia kini menghadapi tantangan multifaset yang kompleks. Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak untuk dekarbonisasi. Di sisi lain, pemerintah harus menyediakan akses energi yang andal di seluruh nusantara, sembari menjamin kedaulatan energi jangka panjang. Sayangnya, diskursus publik yang berkembang seringkali menyederhanakan pilihan hanya antara mempertahankan status quo berbasis fosil atau beralih sepenuhnya ke energi terbarukan variabel (VRE) seperti surya dan angin.
Kenyataannya, VRE memiliki keterbatasan dalam menyediakan daya beban dasar (baseload) yang stabil. Tanpa sistem penyimpanan skala besar yang mahal, VRE tidak cukup untuk menopang industri dan kehidupan modern. Oleh karena itu, kondisi ini membuka ruang untuk mengevaluasi kembali peran energi nuklir. Apalagi, inovasi fundamental dalam teknologi nuklir canggih telah mengubah analisis risiko-manfaat, menjadikannya opsi strategis yang patut kita pertimbangkan secara serius.
Mendudukkan Risiko Secara Proporsional
Insiden historis seperti Three Mile Island, Chernobyl, dan Fukushima seringkali membentuk persepsi publik terhadap energi nuklir. Namun, analisis akademik yang objektif menuntut kita untuk memisahkan persepsi dari data empiris. Secara statistik, energi nuklir warisan (legacy nuclear) merupakan salah satu bentuk pembangkitan listrik teraman. Tingkat fatalitas per terawatt-jam (TWh) yang dihasilkannya jauh lebih rendah dibandingkan semua jenis bahan bakar fosil. Bahkan, angkanya lebih rendah dari beberapa energi terbarukan jika kita memperhitungkan siklus hidup penuhnya.
Penting untuk dicatat, insiden-insiden tersebut secara eksklusif melibatkan teknologi reaktor generasi awal. Tidak ada dampak kesehatan signifikan akibat paparan radiasi bagi publik di Three Mile Island dan Fukushima. Sementara itu, cacat desain fundamental pada reaktor RBMK Soviet menyebabkan tragedi Chernobyl, sebuah model yang tidak pernah diadopsi secara global. Dengan demikian, mengekstrapolasi risiko dari teknologi usang ini ke desain reaktor canggih modern merupakan sebuah kekeliruan analitis. Saat ini, teknologi nuklir canggih telah mengintegrasikan fitur keselamatan pasif. Fitur ini mengandalkan hukum fisika—seperti gravitasi dan konveksi alami—untuk menjamin keamanan bahkan tanpa intervensi manusia.
Solusi Nuklir untuk Nusantara
Tantangan utama elektrifikasi nasional Indonesia adalah kondisi geografisnya. Pembangunan jaringan transmisi interkoneksi ke ribuan pulau terluar sangatlah rumit dan tidak efisien secara ekonomi. Akibatnya, banyak daerah bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang mahal dan polutif.
Sebagai solusinya, Reaktor Modular Kecil (SMRs) menawarkan sebuah paradigma baru. Dengan kapasitas tipikal di bawah 300 MWe, SMRs memiliki keunggulan struktural yang jelas. Pabrikan dapat memproduksi komponennya di pabrik sehingga meningkatkan kontrol kualitas dan menekan biaya. Selain itu, ukurannya yang ringkas memberikan fleksibilitas lokasi yang tinggi. Aplikasi SMR dapat menyediakan listrik yang stabil dan bersih untuk pusat-pusat industri di luar Jawa, seperti smelter nikel di Sulawesi dan Maluku Utara, atau untuk komunitas kepulauan. Pada gilirannya, hal ini akan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi regional dan mewujudkan keadilan energi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menjawab Paradoks Lingkungan: Dari Limbah menjadi Sumber Daya
Kritik paling valid terhadap energi nuklir memang berpusat pada limbah radioaktif. Sebuah studi komprehensif (1990-2022) di Uni Eropa mengonfirmasi bahwa meskipun pembangkit nuklir efektif menurunkan emisi CO2, aktivitas pendukung pada teknologi warisan berdampak negatif pada jejak ekologis (ecological footprint).
Di sinilah teknologi nuklir canggih menunjukkan keunggulannya. Para insinyur merancang teknologi reaktor cepat (fast reactors) dan pemrosesan ulang canggih secara spesifik untuk memitigasi dampak ini. Caranya adalah:
- Mengurangi volume limbah radioaktif tingkat tinggi hingga 99% dengan mendaur ulang sisa uranium dan plutonium sebagai bahan bakar baru.
- Mempersingkat waktu peluruhan limbah sisa menjadi sekitar 400 tahun, bukan puluhan ribu tahun.
Secara efektif, inovasi ini mengubah masalah limbah menjadi sumber daya. Proses ini pun menciptakan siklus bahan bakar yang jauh lebih berkelanjutan sekaligus menjawab salah satu kelemahan utama energi nuklir warisan.
Lebih dari Sekadar Listrik: Visi Industri Hijau
Keunggulan nuklir canggih melampaui produksi listrik. Kemampuannya menghasilkan panas temperatur sangat tinggi (550–750 °C) memberikan solusi dekarbonisasi untuk sektor industri berat seperti baja, semen, dan kimia, yang sulit untuk dielektrifikasi. Lebih lanjut, panas proses ini dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen bersih atau menjadi dasar bagi kilang hayati nuklir (nuclear biorefinerie).
Dari perspektif keberlanjutan sumber daya, teknologi canggih dapat memanfaatkan Uranium-238 (yang 100 kali lebih melimpah dari U-235) dan Thorium. Hal ini berpotensi memperpanjang ketersediaan bahan bakar nuklir hingga ribuan tahun. Kapasitas tersebut menempatkan nuklir canggih pada tingkat keberlanjutan sumber daya yang unik.
Pada akhirnya, dalam merumuskan strategi energi nasional, Indonesia perlu melampaui dikotomi sederhana. Analisis komprehensif menunjukkan bahwa teknologi nuklir canggih, terutama SMRs, menawarkan proposisi nilai yang kuat sebagai sumber energi beban dasar yang aman dan andal. Dengan kemampuannya mengatasi tantangan geografis, meminimalkan limbah, dan mendukung dekarbonisasi industri, nuklir canggih layak mendapatkan evaluasi yang serius sebagai pilar strategis untuk mencapai ketahanan, keadilan, dan kedaulatan energi Indonesia di masa depan.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia