JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Bayangkan skenario canggung ini: Anda bertemu seseorang di sebuah acara. Wajahnya sangat familiar, Anda yakin pernah mengobrol panjang lebar dengannya, tapi namanya hilang begitu saja dari ingatan.
Namun di saat yang sama, sebuah lagu dari 20 tahun lalu terputar di radio, dan Anda hafal setiap baitnya, dari awal hingga akhir.
Bagaimana bisa memori kita begitu tajam untuk satu hal, namun begitu tumpul untuk hal lainnya? Ini bukanlah kegagalan. Ini adalah cara otak kita dirancang.
Otak: Penyimpanan Multi-Jalur
Untuk memahami ini, kita harus tahu perbedaan cara otak menyimpan data. Mengingat “nama” adalah salah satu tugas tersulit bagi otak manusia.
Sebuah nama adalah fakta arbitrer—sepotong data abstrak yang tidak memiliki koneksi ke hal lain selain wajah orang tersebut. Otak menyimpannya di satu titik yang relatif lemah di hipokampus.
Sebaliknya, sebuah “lagu” adalah paket multisensorik. Otak menyimpannya di banyak tempat sekaligus. Ada korteks pendengaran (untuk melodi), korteks motorik (untuk ritme dan tempo, mungkin Anda ikut mengetukkan kaki), dan yang terpenting, amigdala (pusat emosi).
Kekuatan Emosi dan Repetisi
Lagu menjadi “lengket” di otak kita karena dua alasan utama: emosi dan repetisi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertama, lagu sering kali terikat erat pada kenangan emosional (memori episodik). Lagu itu adalah soundtrack masa SMA Anda, tarian pertama di pernikahan, atau lagu yang menemani perjalanan liburan. Saat Anda mendengar lagu itu, Anda tidak hanya mengingat lirik; Anda menghidupkan kembali seluruh paket emosi dari masa itu.
Kedua, repetisi. Anda mungkin mendengar nama seseorang satu atau dua kali saat perkenalan. Bandingkan dengan lagu favorit Anda yang telah Anda putar ratusan kali di mobil, di kamar, dan di playlist. Repetisi menciptakan jalur saraf yang sangat kuat di otak, mengubah jalan setapak ingatan menjadi jalan tol.
Seni Melupakan
Kita sering berpikir “lupa” adalah sebuah kegagalan. Padahal, lupa adalah fitur penting agar otak kita tidak overload. Otak kita bukanlah hard drive yang menyimpan semua data secara pasif. Ia adalah seorang editor yang aktif.
Otak secara konstan “membersihkan” informasi yang dianggapnya tidak penting (seperti nama orang yang jarang ditemui) untuk memberi ruang bagi informasi baru yang relevan. Otak harus melupakan di mana Anda parkir mobil tiga hari lalu agar bisa ingat di mana Anda parkir hari ini.
Kesimpulan: Editor, Bukan Perekam
Jadi, saat Anda lupa nama, itu bukan berarti memori Anda buruk. Itu hanya berarti otak Anda bekerja sesuai desain.
Otak kita tidak berevolusi untuk mengingat fakta-fakta acak dan abstrak seperti nama. Ia berevolusi untuk mengingat hal-hal yang penting bagi kelangsungan hidup emosional dan sosial kita: cerita, koneksi, bahaya, dan ya, lagu-lagu yang menemani perjalanan hidup kita.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















