Kamu rutin berkirim pesan setiap hari, makan malam bersama di akhir pekan, dan berbagi cerita paling personal. Namun saat ada yang bertanya, Kalian pacaran?, jawaban yang keluar adalah sebuah jeda canggung diikuti dengan, Kita cuma teman dekat.
Fenomena ini dikenal sebagai situationship: sebuah hubungan romantis tanpa status atau komitmen yang jelas. Ini adalah zona abu-abu emosional yang kini menjadi tren, terutama di kalangan generasi muda yang menavigasi dunia kencan yang semakin kompleks. Pertanyaannya, mengapa banyak yang memilih jalan ini?
Sisi Terang: Pesona Kebebasan Tanpa Label
Bagi banyak orang, daya tarik utama dari situationship adalah kebebasan. Di dunia yang menuntut banyak hal, hubungan tanpa label terasa seperti sebuah kelegaan.
- Fokus pada Diri Sendiri: Di usia 20-an, banyak anak muda sedang fokus membangun karier, menyelesaikan pendidikan, atau sekadar menemukan jati diri. Situationship menawarkan keintiman dan koneksi emosional tanpa menuntut waktu dan energi sebesar hubungan berkomitmen, sehingga mereka bisa tetap memprioritaskan pertumbuhan pribadi.
- Menghindari Tekanan: Label pacaran sering kali datang dengan serangkaian ekspektasi sosial: bertemu keluarga, merencanakan masa depan, dan berbagai tanggung jawab lainnya. Situationship membebaskan seseorang dari semua tekanan itu. Hubungan berjalan berdasarkan kenyamanan bersama, bukan aturan tak tertulis.
- Perlindungan dari Sakit Hati: Setelah mengalami patah hati atau melihat hubungan orang lain yang gagal, banyak yang menjadi takut akan komitmen. Situationship terasa seperti pilihan yang lebih aman, sebuah cara untuk menikmati kedekatan tanpa risiko emosional yang terlalu besar.
Sisi Gelap: Jebakan Ketidakpastian
Namun, di balik kebebasannya, situationship menyimpan sisi gelap yang sering kali menyakitkan: ketidakpastian yang menguras emosi.
- Kecemasan Konstan: Pertanyaan Siapa kita sebenarnya? terus menghantui. Tidak adanya kejelasan menciptakan rasa cemas dan keraguan. Seseorang bisa terus-menerus bertanya-tanya apakah hubungan ini akan berlanjut ke jenjang berikutnya atau akan berakhir begitu saja esok hari.
- Keseimbangan Emosi yang Rapuh: Sering kali, salah satu pihak mulai menaruh perasaan yang lebih dalam. Ketika satu orang sudah siap untuk komitmen sementara yang lain masih ingin santai, lahirlah potensi patah hati yang besar. Batas yang kabur membuat perpisahan menjadi lebih rumit dan menyakitkan.
- Minimnya Dukungan: Tanpa komitmen, tidak ada jaminan dukungan emosional yang stabil. Seseorang tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pasangannya di masa-masa sulit seperti dalam hubungan pacaran yang jelas.
Pada akhirnya, situationship adalah cerminan dari paradoks generasi saat ini: sebuah kerinduan akan koneksi manusia yang mendalam, yang berbenturan dengan ketakutan akan kerentanan dan kehilangan kebebasan. Apapun bentuknya, kunci untuk menavigasi hubungan ini adalah komunikasi yang jujur. Bahkan tanpa label, setiap orang berhak tahu di mana posisi mereka berdiri.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia