Teater Pikiran Bawah Sadar: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak Saat Kita Bermimpi?

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Setiap malam, otak kita mementaskan sebuah pertunjukan sureal. Mari kita intip ke belakang panggung untuk memahami sains di balik teater mimpi. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Setiap malam, otak kita mementaskan sebuah pertunjukan sureal. Mari kita intip ke belakang panggung untuk memahami sains di balik teater mimpi. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Setiap malam, kita semua menjadi penonton sekaligus aktor utama dalam sebuah pertunjukan yang paling personal dan aneh: mimpi. Kita bisa terbang melintasi kota, berbincang dengan orang yang telah tiada, atau menghadapi ketakutan terbesar kita dalam skenario yang tidak masuk akal. Begitu bangun, sebagian besar alur cerita fantastis itu lenyap seperti kabut.

Selama berabad-abad, manusia mencoba menafsirkan mimpi sebagai pertanda atau pesan gaib. Namun, ilmu pengetahuan modern mulai membuka tirai dan menunjukkan bahwa mimpi bukanlah sihir, melainkan sebuah proses biologis dan psikologis yang kompleks dan penting. Ini adalah teater pikiran bawah sadar, dan panggungnya adalah otak kita yang sedang tidur.

Panggung Otak Saat Tidur

Mimpi yang paling jelas dan penuh cerita biasanya terjadi selama fase tidur REM (Rapid Eye Movement). Selama fase ini, otak kita justru menunjukkan aktivitas yang luar biasa tinggi, hampir setara dengan saat kita terjaga. Namun, komposisi aktivitasnya berbeda:

  • Pusat Emosi Menyala: Amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab atas emosi seperti takut dan cemas, menjadi sangat aktif. Inilah mengapa mimpi seringkali terasa begitu emosional dan intens.
  • Pusat Logika Tertidur: Korteks prefrontal, yang mengatur pemikiran rasional, logika, dan pengambilan keputusan, aktivitasnya menurun drastis. Ini menjelaskan mengapa kita bisa menerima kejadian paling aneh sekalipun di dalam mimpi tanpa merasa janggal.
  • Otot Dilumpuhkan: Untuk mencegah kita benar-benar melakukan adegan berlari atau melompat dari mimpi, batang otak mengirimkan sinyal untuk melumpuhkan otot-otot tubuh sementara.
Baca Juga :  Buruh di Bekasi Disabet Celurit, Motor Dirampas Komplotan Curas Bersenjata

Mimpi Sebagai Pustakawan Ingatan

Salah satu teori terkuat mengenai fungsi mimpi adalah untuk konsolidasi memori. Bayangkan otak Anda sebagai perpustakaan yang menerima ratusan buku baru setiap hari (informasi dan pengalaman). Di malam hari, mimpi bertindak sebagai pustakawan. Ia memilah-milah “buku” mana yang penting untuk disimpan di rak permanen dan mana yang bisa dibuang. Mimpi membantu memperkuat koneksi saraf terkait ingatan penting, seperti pelajaran baru atau keterampilan motorik, sambil membersihkan informasi yang tidak relevan. Inilah sebabnya mengapa tidur yang cukup seringkali membantu kita memecahkan masalah atau mengingat pelajaran dengan lebih baik.

Baca Juga :  PWI Pusat Kembali Beraktivitas di “Rumah Lama” dan Gelar Tasyakuran Bersama Anak Yatim

Fenomena Unik: Mimpi Sadar (Lucid Dream)

Terkadang, di tengah pertunjukan teater mimpi, sang aktor tiba-tiba sadar bahwa ia sedang berada di atas panggung. Inilah yang disebut lucid dream atau mimpi sadar, sebuah kondisi di mana Anda tahu bahwa Anda sedang bermimpi. Dalam kondisi ini, beberapa orang bahkan bisa mengendalikan alur mimpi mereka, seolah menjadi sutradara. Fenomena ini sangat menarik bagi para ilmuwan saraf karena ia mengaburkan batas antara kondisi sadar dan tidak sadar. Lucid dream menunjukkan bahwa kesadaran bukanlah saklar on/off, melainkan sebuah spektrum yang kompleks.

Pada akhirnya, mimpi mungkin akan selalu menyimpan sedikit misteri. Namun, sains telah menunjukkan bahwa mimpi bukanlah sekadar bunga tidur atau kumpulan gambar acak. Ia adalah bagian vital dari cara kita belajar, memproses emosi, dan memahami dunia. Setiap malam, otak kita bekerja keras menata ulang panggung pikiran, mempersiapkan kita untuk pertunjukan di hari esok.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Shin Tae-yong Buka Peluang Kembali Latih Timnas Indonesia
KPK Bongkar Tambang Emas Ilegal Dekat Sirkuit Mandalika, Hasil 3 Kilo Sehari
Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober
Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital
Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status
Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital
Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi
Hujan Petir Diprediksi Guyur Jabodetabek 22 Oktober, Warga Diminta Siaga

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:24 WIB

Shin Tae-yong Buka Peluang Kembali Latih Timnas Indonesia

Rabu, 22 Oktober 2025 - 08:59 WIB

KPK Bongkar Tambang Emas Ilegal Dekat Sirkuit Mandalika, Hasil 3 Kilo Sehari

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:33 WIB

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:59 WIB

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:37 WIB

Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status

Berita Terbaru

Ilustrasi, Bagaimana ribuan klik dari orang-orang biasa bisa menciptakan perundungan massal? Sebuah pandangan melalui kacamata teori Banalitas Kejahatan dari Hannah Arendt. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:59 WIB