Misteri Kota yang Hilang: Menelusuri Jejak Peradaban Kuno yang Lenyap Ditelan Waktu

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Dari Atlantis yang tenggelam hingga kota emas El Dorado, mari bertualang menelusuri kisah peradaban hebat yang hilang ditelan misteri. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Dari Atlantis yang tenggelam hingga kota emas El Dorado, mari bertualang menelusuri kisah peradaban hebat yang hilang ditelan misteri. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Jauh di dalam imajinasi kita, dan terkubur di bawah lapisan waktu, terdapat bisikan tentang kota-kota megah dan peradaban maju yang lenyap tanpa jejak. Kisah-kisah ini lebih dari sekadar dongeng; mereka adalah teka-teki sejarah yang menantang pemahaman kita tentang masa lalu. Saat malam tiba, mari kita melakukan perjalanan imajinatif ke dunia yang hilang ini, tempat misteri dan keajaiban bertemu.

Kisah tentang kota yang hilang memicu rasa ingin tahu mendasar dalam diri kita. Bagaimana mungkin sebuah peradaban yang begitu hebat bisa menghilang? Apa yang terjadi pada penduduknya? Pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita pada sebuah petualangan pikiran, melintasi lautan mitos dan gurun arkeologi.

Atlantis: Utopia di Bawah Laut

Kisah kota yang hilang paling legendaris tidak lain adalah Atlantis. Plato pertama kali memperkenalkannya kepada dunia sebagai sebuah peradaban pulau yang sangat maju, kaya, dan kuat. Menurutnya, Atlantis adalah sebuah utopia dengan teknologi canggih dan kebijaksanaan luhur. Namun, karena kesombongan penduduknya, para dewa menghukum mereka. Dalam satu malam yang mengerikan, gempa bumi dan banjir menenggelamkan seluruh pulau ke dasar lautan, melenyapkannya selamanya. Hingga hari ini, para penjelajah dan sejarawan masih berdebat tentang keberadaannya. Apakah Atlantis benar-benar ada, atau ia hanyalah sebuah alegori ciptaan Plato tentang kesombongan manusia? Misteri ini menjadikannya teka-teki abadi.

Baca Juga :  Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status

El Dorado: Demam Emas di Hutan Amazon

Jauh di pedalaman Amerika Selatan, sebuah legenda lain memicu demam eksplorasi selama berabad-abad: El Dorado, Kota Emas yang Hilang. Kisah ini berawal dari ritual suku Muisca di Kolombia, di mana pemimpin baru mereka akan menutupi tubuhnya dengan debu emas dan menceburkan diri ke Danau Guatavita sebagai persembahan. Cerita ini berkembang liar di kalangan penakluk Spanyol, berubah menjadi legenda tentang sebuah kerajaan dengan jalanan dan bangunan berlapis emas. Pencarian obsesif akan El Dorado mendorong banyak ekspedisi berbahaya ke dalam hutan Amazon yang ganas, namun kota itu tidak pernah ditemukan. El Dorado tetap menjadi simbol dari kekayaan yang tak terjangkau dan ambisi manusia yang tak terbatas.

Baca Juga :  Mengapa Gen Z Terobsesi dengan Estetika Jadul?

Peradaban Maya: Keheningan di Tengah Piramida

Berbeda dengan Atlantis atau El Dorado yang mungkin hanya mitos, peradaban Maya meninggalkan bukti nyata yang megah: piramida batu raksasa, kalender yang sangat akurat, dan sistem tulisan yang kompleks. Namun, misteri terbesar mereka adalah mengapa banyak kota besar mereka—seperti Tikal dan Palenque—ditinggalkan secara tiba-tiba sekitar abad ke-9 Masehi. Para arkeolog menemukan pusat-pusat kota yang kosong, seolah penduduknya pergi begitu saja. Berbagai teori muncul, mulai dari perang saudara, perubahan iklim ekstrem, wabah penyakit, hingga kekeringan hebat. Kejatuhan peradaban Maya menjadi pengingat yang kuat bahwa bahkan masyarakat yang paling canggih sekalipun bisa runtuh secara misterius.

Kisah-kisah ini mengajarkan kita bahwa sejarah penuh dengan bab-bab yang hilang. Saat kita memejamkan mata, kita bisa membayangkan jalanan emas El Dorado atau puncak menara Atlantis. Petualangan imajinatif ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengingatkan kita akan kefanaan peradaban dan betapa banyak misteri yang masih tersimpan di planet kita.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Shin Tae-yong Buka Peluang Kembali Latih Timnas Indonesia
KPK Bongkar Tambang Emas Ilegal Dekat Sirkuit Mandalika, Hasil 3 Kilo Sehari
Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober
Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital
Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status
Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital
Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi
Hujan Petir Diprediksi Guyur Jabodetabek 22 Oktober, Warga Diminta Siaga

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:24 WIB

Shin Tae-yong Buka Peluang Kembali Latih Timnas Indonesia

Rabu, 22 Oktober 2025 - 08:59 WIB

KPK Bongkar Tambang Emas Ilegal Dekat Sirkuit Mandalika, Hasil 3 Kilo Sehari

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:33 WIB

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:59 WIB

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:37 WIB

Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status

Berita Terbaru

Ilustrasi, Bagaimana ribuan klik dari orang-orang biasa bisa menciptakan perundungan massal? Sebuah pandangan melalui kacamata teori Banalitas Kejahatan dari Hannah Arendt. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:59 WIB