Ritual Membaca Sebelum Tidur: Lebih dari Sekadar Hobi, Ini Adalah Latihan untuk Imajinasi dan Empati

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Membuka buku sebelum memejamkan mata bukan hanya cara untuk mengantar tidur, tetapi juga sebuah perjalanan untuk melatih otak dan memperkaya jiwa. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Membuka buku sebelum memejamkan mata bukan hanya cara untuk mengantar tidur, tetapi juga sebuah perjalanan untuk melatih otak dan memperkaya jiwa. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Di penghujung hari yang sibuk, ada sebuah ritual sederhana dengan kekuatan luar biasa: membaca buku. Saat semua layar gawai padam, aktivitas ini menjadi sangat berarti. Dalam keheningan malam, membuka halaman bukan lagi sekadar hobi pengusir bosan. Sebaliknya, ini adalah latihan meditatif untuk pikiran. Ritual ini menjadi gerbang ke dunia lain yang mempertajam imajinasi dan memperdalam empati.

Banyak dari kita mencari hiburan instan sebelum tidur, misalnya menggulir media sosial. Namun, aktivitas tersebut justru membuat otak kita tetap waspada. Sebaliknya, membaca buku fiksi secara aktif menenangkan sistem saraf. Selain itu, ritme membalik halaman dan fokus pada alur cerita membantu menurunkan detak jantung. Hasilnya, tubuh pun lebih siap untuk istirahat yang berkualitas.

Gimnasium untuk Otak dan Imajinasi

Membaca bukanlah aktivitas pasif. Faktanya, saat Anda membaca deskripsi kastil kuno, otak Anda bekerja keras. Ia membangun visualisasi tersebut dari nol. Akibatnya, Anda menjadi arsitek dan sutradara di dalam kepala sendiri. Proses ini adalah latihan imajinasi yang sangat kuat. Ia melenturkan ‘otot’ kreativitas yang jarang terpakai di tengah rutinitas. Lebih dari itu, neurologi menunjukkan sebuah fakta menarik. Saat kita membaca, otak mensimulasikan pengalaman tersebut seolah kita benar-benar mengalaminya.

Baca Juga :  Komjen Pol Suyudi Bantah Isu Jadi Calon Kapolri, Fokus Pimpin BNN

Hidup dalam ‘Sepatu’ Orang Lain

Salah satu manfaat terdalam dari membaca fiksi adalah membangun empati. Setiap kali Anda menyelami pikiran seorang karakter, Anda melatih sebuah kemampuan penting. Anda belajar melihat dunia dari perspektif berbeda. Dengan kata lain, Anda ‘hidup’ sejenak dalam sepatu orang lain. Mungkin sebagai detektif di era Victoria atau astronot di masa depan. Latihan ini secara bertahap meningkatkan kecerdasan emosional. Pada akhirnya, Anda akan menjadi lebih peka dan pengertian terhadap orang lain.

Sebuah Pelarian yang Sehat

Dunia modern penuh dengan tekanan dan kecemasan. Untungnya, membaca buku menawarkan pelarian yang sehat dan konstruktif. Selama beberapa saat, Anda bisa meninggalkan masalah pribadi. Anda dapat tenggelam dalam masalah karakter fiksi. Jeda mental ini sangat penting untuk kesehatan jiwa. Selain itu, ia memberi Anda ruang untuk bernapas. Anda pun bisa kembali menghadapi realitas dengan pikiran yang lebih segar esok hari.

Tips Praktis Memulai Ritual Membaca

Memulai kebiasaan ini lebih mudah dari yang dibayangkan.

  • Ciptakan Suasana: Siapkan sudut baca yang nyaman dengan pencahayaan hangat dan redup. Jauhkan dari televisi atau sumber kebisingan lain.
  • Jauhkan Gawai: Letakkan ponsel di ruangan lain atau setidaknya aktifkan mode senyap. Cahaya biru dari layar dapat mengganggu produksi hormon tidur.
  • Mulai dari yang Ringan: Pilih buku yang benar-benar Anda nikmati, bukan yang “seharusnya” Anda baca. Bisa novel ringan, kumpulan cerpen, atau genre favorit Anda.
  • Tetapkan Waktu Singkat: Mulailah dengan komitmen 10-15 menit setiap malam. Konsistensi adalah kunci. Seiring waktu, Anda mungkin ingin menambah durasinya secara alami.
Baca Juga :  Dinkes DKI Siagakan RS dan Ambulans 24 Jam Tangani Korban Unjuk Rasa Jakarta

Jadi, malam ini, cobalah bertukar cahaya biru ponsel Anda dengan cahaya hangat lampu baca. Biarkan sebuah buku membawa Anda ke tempat-tempat baru. Biarkan ia memperkenalkan Anda pada orang-orang yang belum pernah ditemui. Bagaimanapun, ini lebih dari sekadar ritual sebelum tidur. Ini adalah investasi untuk pikiran yang lebih imajinatif, hati yang lebih berempati, dan jiwa yang lebih tenang.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

 

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Shin Tae-yong Buka Peluang Kembali Latih Timnas Indonesia
KPK Bongkar Tambang Emas Ilegal Dekat Sirkuit Mandalika, Hasil 3 Kilo Sehari
Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober
Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital
Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status
Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital
Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi
Hujan Petir Diprediksi Guyur Jabodetabek 22 Oktober, Warga Diminta Siaga

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 09:24 WIB

Shin Tae-yong Buka Peluang Kembali Latih Timnas Indonesia

Rabu, 22 Oktober 2025 - 08:59 WIB

KPK Bongkar Tambang Emas Ilegal Dekat Sirkuit Mandalika, Hasil 3 Kilo Sehari

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:33 WIB

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:59 WIB

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:37 WIB

Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status

Berita Terbaru

Ilustrasi, Bagaimana ribuan klik dari orang-orang biasa bisa menciptakan perundungan massal? Sebuah pandangan melalui kacamata teori Banalitas Kejahatan dari Hannah Arendt. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:59 WIB