Daging Lab dan Bubuk Jangkrik

Jumat, 31 Oktober 2025 - 15:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Bisakah bubuk jangkrik dan daging lab-grown menggantikan steak untuk menyelamatkan planet ini dari krisis iklim? Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Bisakah bubuk jangkrik dan daging lab-grown menggantikan steak untuk menyelamatkan planet ini dari krisis iklim? Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Piring makan kita memiliki jejak karbon yang sangat besar. Peternakan tradisional, terutama sapi, adalah salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Industri ini menghabiskan lahan dan air bersih dalam jumlah yang masif. Saat populasi global terus membengkak, para ahli sepakat model ini tidak lagi berkelanjutan.

Ilmuwan dan inovator kini berlomba mencari solusi radikal. Jawabannya mungkin terdengar aneh, namun sangat potensial: bubuk jangkrik dan daging yang ditumbuhkan di laboratorium.

Protein Efisien dari Serangga

Solusi pertama sebenarnya adalah yang paling kuno, namun paling efisien: serangga. Kini, pasar Barat mempromosikan bubuk jangkrik, ulat hongkong, dan belalang sebagai superfood baru. Alasannya sangat logis dan saintifik.

Serangga membutuhkan sebagian kecil dari lahan, air, dan pakan jika dibandingkan dengan sapi atau ayam. Selain itu, mereka adalah sumber protein lengkap yang produksinya sangat efisien. Bagi miliaran orang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, serangga sudah menjadi bagian dari diet sehari-hari. Tantangan terbesarnya adalah mengubah persepsi di negara-negara yang selama ini menganggapnya “hama” menjadi “pangan”.

Baca Juga :  Alarm Merah PBB: Dunia Dipastikan Gagal Capai Target 1,5°C, Menuju Pemanasan Bencana 2,5°C

Daging Asli Tanpa Sembelih

Solusi kedua terdengar seperti fiksi ilmiah, tetapi sudah hadir di meja kita: cultured meat atau daging lab. Penting untuk Anda catat, ini BUKAN daging palsu berbahan dasar tanaman.

Ilmuwan mengambil sel dari hewan hidup (misalnya sapi atau ayam) dan menumbuhkannya di dalam bioreactor (mirip tangki fermentasi bir). Ilmuwan memberi nutrisi sel-sel itu hingga berkembang biak menjadi jaringan otot, alias daging. Hasilnya adalah daging asli secara biologis, tanpa perlu membesarkan, memberi makan, atau menyembelih jutaan hewan. Potensinya untuk mengurangi emisi dan penggunaan lahan sangatlah besar.

Baca Juga :  Sihir Michelin: Saat Kaki Lima Mengalahkan Restoran Mewah

Psikologi Konsumen

Namun, teknologi secanggih apa pun akan gagal jika tidak ada yang mau membelinya. Rintangan terbesar bagi dua inovasi pangan ini bukanlah teknis, melainkan psikologis. Ini adalah “faktor jijik” atau ick factor yang alami pada manusia.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bisakah konsumen mengatasi gambaran mental memakan “bubuk jangkrik” dalam protein shake mereka? Apakah daging yang tumbuh di lab terasa “alami” atau justru “mengerikan”? Menerobos kebiasaan makan yang telah mendarah daging selama ribuan tahun adalah tantangan pemasaran terbesar abad ini.

Kesimpulan

Kita sedang menulis ulang masa depan piring kita. Pada akhirnya, krisis iklim mungkin akan memaksa kita untuk memilih antara kebiasaan lama yang merusak planet atau inovasi baru yang radikal. Pertanyaannya bukan lagi “Bisakah kita membuatnya?”, tetapi “Maukah kita memakannya?”.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7
Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi
Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 19:26 WIB

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 November 2025 - 19:15 WIB

Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Berita Terbaru

Ilustrasi, LeBron James dan CR7 masih mendominasi di usia 40-an. Rahasianya bukan hanya latihan keras, tapi sains pemulihan (recovery) yang ekstrem. Dok: Istimewa.

SPORT

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:26 WIB