Desain yang Mengusir: Arsitektur Jahat di Ruang Publik

Rabu, 5 November 2025 - 05:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Bangku taman yang tidak bisa ditiduri atau trotoar berpaku. Ini adalah

Ilustrasi, Bangku taman yang tidak bisa ditiduri atau trotoar berpaku. Ini adalah "Arsitektur Musuh", desain yang sengaja dibuat untuk mengusir kelompok rentan. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID —Pernahkah Anda memperhatikan bangku taman yang memiliki pembatas lengan besi di tengah? Pembatas itu memang tidak nyaman untuk diduduki. Namun, fungsinya lebih spesifik: agar tidak ada yang bisa berbaring atau tidur di atasnya.

Atau mungkin Anda pernah melihat paku-paku beton tumpul di sudut-sudut emperan toko? Atau bahkan trotoar miring di bawah jembatan layang?

Ini bukanlah kebetulan desain atau sekadar estetika. Sebaliknya, ini adalah “Arsitektur Musuh” (Hostile Architecture). Ini merupakan sebuah strategi desain perkotaan yang disengaja.

Apa Itu ‘Arsitektur Musuh’?

Arsitektur Musuh—atau dikenal sebagai desain defensif—adalah sebuah praktik desain. Praktik ini menggunakan elemen di ruang publik untuk secara sengaja mencegah perilaku tertentu.

Tujuannya adalah untuk “memaksa” orang bertindak sesuai aturan yang pemilik properti inginkan. Misalnya, desain ini mencegah orang duduk berlama-lama, melarang aktivitas skateboarding, atau yang paling umum: mencegah orang tidur di ruang publik.

Baca Juga :  Avatar & Alter Ego: Krisis Identitas di Era Metaverse

Target yang Tak Terlihat

Meskipun desainer sering membingkainya dengan bahasa netral seperti “menjaga ketertiban”, Arsitektur Musuh memiliki target yang sangat spesifik.

Desain ini secara tidak proporsional menargetkan kelompok-kelompok rentan, terutama para tunawisma. Contohnya, bangku yang tersekat, trotoar berpaku, atau sistem penyiram otomatis di malam hari. Semua itu adalah cara halus untuk mengatakan: “Anda tidak diterima di sini.”

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Alih-alih menyediakan tempat penampungan, kota secara efektif menggunakan beton dan baja untuk “mengusir” mereka. Akibatnya, mereka yang sudah terpinggirkan menjadi semakin tidak terlihat.

Ketertiban vs. Kemanusiaan

Desain ini jelas memicu perdebatan etis yang tajam. Di satu sisi, pemilik bisnis berargumen bahwa mereka berhak melindungi properti mereka. Mereka ingin menjaga kebersihan dan memastikan “keamanan” di area komersial.

Baca Juga :  Model Beijing: Kapitalisme Otoriter Penantang Demokrasi Liberal

Namun di sisi lain, para kritikus menyebut praktik ini tidak manusiawi. Arsitektur Musuh tidak menyelesaikan akar masalah kemiskinan. Ia hanya memindahkannya ke tempat lain. Pada dasarnya, ini adalah bentuk privatisasi ruang publik. Praktik ini mengubah area milik semua warga menjadi ruang yang hanya nyaman bagi yang mampu.

Desain ini mengirimkan pesan yang dingin: bahwa kenyamanan properti lebih penting daripada keberadaan manusia yang membutuhkan.

Untuk Siapa Ruang Publik Kita?

Arsitektur Musuh memaksa kita untuk mengajukan pertanyaan kritis: Untuk siapa sebenarnya ruang publik kita dirancang?

Apakah taman, trotoar, dan alun-alun kota kita bangun untuk melayani semua lapisan masyarakat, termasuk yang paling rentan? Atau apakah ruang publik kita secara diam-diam telah kita rancang untuk sebagian orang, sambil mengusir mereka yang “tidak pantas”?

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7
Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi
Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 19:26 WIB

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 November 2025 - 19:15 WIB

Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Berita Terbaru

Ilustrasi, LeBron James dan CR7 masih mendominasi di usia 40-an. Rahasianya bukan hanya latihan keras, tapi sains pemulihan (recovery) yang ekstrem. Dok: Istimewa.

SPORT

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:26 WIB