Dunia Multipolar: Akhir dari Dominasi Amerika Serikat?

Rabu, 15 Oktober 2025 - 16:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Akhir dari Unipolarisme Amerika Serikat. Dok: Istimewa

Ilustrasi, Akhir dari Unipolarisme Amerika Serikat. Dok: Istimewa

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Selama beberapa dekade setelah Uni Soviet runtuh, dunia seolah bergerak dalam satu orbit di bawah kepemimpinan Amerika Serikat (AS). Era ini, yang sering disebut “momen unipolar,” menunjukkan dominasi AS yang tak tertandingi dalam militer, ekonomi, dan budaya. Namun, tatanan global kini sedang bergeser secara fundamental.

Kekuatan-kekuatan baru muncul di berbagai belahan dunia. Hal ini menandakan transisi menuju tatanan dunia multipolar. Dalam sistem ini, pengaruh tidak lagi terpusat pada satu negara, melainkan terdistribusi di antara beberapa kutub kekuatan. Pertanyaannya, apakah ini berarti akhir dari dominasi Amerika?

Munculnya Kekuatan-Kekuatan Baru

Pergeseran paling signifikan datang dari kebangkitan ekonomi Tiongkok yang fenomenal. Dalam waktu kurang dari 40 tahun, Tiongkok bertransformasi dari negara berkembang menjadi raksasa ekonomi. Mereka kini menyaingi AS dalam perdagangan, teknologi, dan investasi global.

Namun, Tiongkok tidak sendirian. Kutub kekuatan lain yang turut membentuk lanskap baru ini adalah BRICS+. Aliansi yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan ini telah bertransformasi menjadi kekuatan geopolitik yang signifikan. Anggota barunya mencakup negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, dan Ethiopia, sehingga aliansi ini mewakili porsi besar populasi dan PDB dunia. BRICS+ secara aktif mempromosikan agenda “de-dolarisasi” dan membangun institusi keuangan alternatif. Ini menjadikannya platform utama bagi negara berkembang untuk menantang tatanan yang didominasi Barat.

Baca Juga :  Gubernur DKI Luncurkan Try Out KJP, Siswa Kurang Mampu Siap Masuk Kampus

Analisis Konsep Multipolaritas dan Implikasinya

Dunia multipolar adalah sistem internasional tempat beberapa negara besar memiliki kapasitas militer, ekonomi, dan budaya yang sebanding. Mereka dapat memengaruhi agenda global. Sistem ini berbeda dari dunia bipolar (era Perang Dingin) atau unipolar (dominasi AS pasca-1991). Multipolaritas menciptakan dinamika yang lebih kompleks dan sulit diprediksi.

Implikasinya sangat luas. Aliansi menjadi lebih cair dan persaingan regional meningkat. Negara-negara kecil pun memiliki lebih banyak pilihan untuk bermanuver di antara kekuatan besar. Di satu sisi, ini mengurangi risiko hegemoni tunggal. Di sisi lain, potensi miskalkulasi dan konflik antar kekuatan besar juga ikut naik.

Dampak pada Stabilitas dan Lembaga Global

Kehadiran banyak kutub kekuatan secara langsung menantang efektivitas lembaga-lembaga global yang terbentuk pasca-Perang Dunia II. Lembaga-lembaga ini sebagian besar mencerminkan tatanan yang dipimpin AS. Di ranah politik, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) semakin sering lumpuh akibat veto dari anggota tetap yang kepentingannya berbeda, seperti terlihat jelas dalam konflik di Ukraina dan Gaza.

Sementara itu, di bidang ekonomi, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Dana Moneter Internasional (IMF) menghadapi tantangan legitimasi karena dianggap kurang mewakili kekuatan ekonomi baru. Sebagai respons, muncul lembaga-lembaga alternatif seperti Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) pimpinan Tiongkok dan New Development Bank (NDB) dari BRICS. Akibatnya, stabilitas internasional menjadi lebih rapuh karena tidak ada lagi “polisi dunia” tunggal. Setiap krisis regional berpotensi menarik campur tangan dari berbagai kutub kekuatan dengan agenda yang saling bersaing.

Apakah Dunia Multipolar Berarti Lebih Adil?

Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban sederhana. Dunia multipolar belum tentu lebih adil, tetapi membuka kemungkinan bagi tatanan yang lebih representatif. Bagi negara berkembang, era ini menawarkan kesempatan untuk tidak bergantung pada satu kekuatan tunggal. Mereka bisa memiliki suara yang lebih besar dalam urusan global.

Namun, dunia seperti ini juga menuntut diplomasi yang lebih canggih. Toleransi terhadap perbedaan juga menjadi lebih penting. Transisi ini bukanlah akhir dari pengaruh Amerika. Sebaliknya, ini adalah transformasi perannya dari hegemoni tunggal menjadi salah satu dari beberapa kekuatan utama di dunia yang lebih kompetitif.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kesendirian Sebagai Sumber Kekuatan
Menjinakkan Pikiran: Seni Melawan Overthinking di Malam Hari
Istri Sadis di Jakarta Barat Potong Kemaluan Suami Gara-Gara Chat Mesra
Viral Anggota TNI AL Pukul Driver Ojol di Grogol, Langsung Diperiksa
Natalius Pigai Desak DPR, Korupsi Harus Dianggap Pelanggaran HAM di Indonesia
Foto di Tebet Eco Park Gratis, Pemprov DKI Tegaskan Kecuali untuk Komersial
Kuburan China Tua Terkuak, Polisi Temukan Kerangka Manusia di Sawah Besar
Tukang Parkir di Pulogebang Disiram Air Keras, Saat Cegah Tawuran

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 20:47 WIB

Kesendirian Sebagai Sumber Kekuatan

Selasa, 21 Oktober 2025 - 20:32 WIB

Menjinakkan Pikiran: Seni Melawan Overthinking di Malam Hari

Selasa, 21 Oktober 2025 - 20:07 WIB

Istri Sadis di Jakarta Barat Potong Kemaluan Suami Gara-Gara Chat Mesra

Selasa, 21 Oktober 2025 - 18:23 WIB

Viral Anggota TNI AL Pukul Driver Ojol di Grogol, Langsung Diperiksa

Selasa, 21 Oktober 2025 - 18:07 WIB

Natalius Pigai Desak DPR, Korupsi Harus Dianggap Pelanggaran HAM di Indonesia

Berita Terbaru

Ilustrasi, Saat dunia terlelap, jangan takut pada hening. Justru di sanalah Anda bisa menemukan kekuatan sejati dan terhubung kembali dengan diri sendiri. Dok: Istimewa.

KESEHATAN

Kesendirian Sebagai Sumber Kekuatan

Selasa, 21 Okt 2025 - 20:47 WIB