Sisi Gelap Obsesi Tubuh: Dysmorphia Otot di Kalangan Pria

Minggu, 16 November 2025 - 21:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Merasa

Ilustrasi, Merasa "selalu kurang besar" meski sudah berotot. Bigorexia atau Muscle Dysmorphia adalah sisi gelap obsesi fitness pria yang dipicu Instagram dan steroid. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Selama ini, ketika kita membahas gangguan citra tubuh, fokus kita seringkali tertuju pada wanita. Kita membicarakan anoreksia atau bulimia. Akan tetapi, ada krisis tersembunyi yang secara spesifik menyerang pria: obsesi untuk menjadi lebih besar.

Masalah ini bukan sekadar “rajin nge-gym“; ia adalah gangguan psikologis serius yang seringkali kita abaikan. Ironisnya, semakin bugar seorang pria terlihat di luar, semakin mungkin ia sedang menderita di dalam.

“Bigorexia”: Kebalikan dari Anoreksia

Para ahli menyebut gangguan ini “Muscle Dysmorphia” (Dismorfia Otot), atau dalam istilah awam, “Bigorexia”.

Secara esensial, ini adalah kebalikan dari anoreksia. Penderitanya adalah pria yang sudah sangat besar dan berotot jika kita lihat dari standar objektif. Namun, ketika ia melihat ke cermin, otaknya melihat sosok yang tetap “terlalu kecil”, kurus, dan tidak memadai. Persepsi yang terdistorsi ini mendorong perilaku obsesif-kompulsif.

Pengaruh Media Sosial dan Standar Hollywood

Tentu saja, gangguan ini tidak muncul begitu saja. Ia mendapat bahan bakar secara konstan dari dua sumber utama di era modern:

  1. Media Sosial (“Fitspo”): Pertama, algoritma Instagram dan TikTok secara konstan menyodorkan feed “Fitspo” (Fitness Inspiration). Feed ini penuh dengan influencer kebugaran yang memiliki body fat sangat rendah dan otot yang terlihat sempurna (seringkali dibantu pencahayaan, angle, filter, dan zat peningkat performa). Akibatnya, ini menciptakan perbandingan sosial yang konstan dan meracuni.
  2. Standar Superhero Hollywood: Kedua, standar tubuh pria ideal telah bergeser drastis. Publik kini menyaksikan bombardir citra tubuh aktor superhero (seperti Chris Hemsworth sebagai Thor atau Henry Cavill sebagai Superman). Padahal, untuk mencapai tubuh itu, para aktor menjalani rezim ekstrem yang seringkali mustahil orang biasa capai (dan pertahankan) tanpa bantuan profesional dan bahkan zat terlarang.
Baca Juga :  Gedung HPK Nusa Indah IKN Terbakar, Api Cepat Membesar karena Material Modular

Dampak: Steroid, Depresi, dan ‘Overtraining’

Pengejaran tanpa henti atas tubuh “ideal” yang tidak realistis ini membawa konsekuensi yang sangat merusak:

  1. Penggunaan Steroid Anabolik: Ketika latihan alami mereka rasa terlalu lambat, banyak pria akhirnya mengambil jalan pintas berbahaya: menggunakan steroid anabolik (AAS). Meskipun mempercepat pertumbuhan otot, steroid menghancurkan keseimbangan hormon, merusak organ vital (jantung, hati), dan memperburuk kesehatan mental.
  2. Depresi dan Isolasi Sosial: Ironisnya, obsesi ini sering berakhir pada depresi. Penderitanya mungkin menghindari acara sosial (seperti pergi ke pantai atau pesta) karena ia merasa “terlalu kecil” dan malu dengan tubuhnya. Latihannya menjadi prioritas di atas keluarga dan pertemanan.
  3. Latihan Berlebihan (Overtraining): Selain itu, ia mendorong overtraining kronis. Penderitanya merasa sangat bersalah jika melewatkan satu sesi latihan, bahkan saat sakit atau cedera. Pada akhirnya, tindakan ini justru menghambat kemajuan dan menyebabkan kelelahan adrenal.
Baca Juga :  Transjakarta Perketat Pengawasan dan Sanksi Sopir Mikrotrans Demi Keselamatan Pelanggan

Kesehatan Mental dalam Komunitas Kebugaran

Pada akhirnya, artikel ini menunjukkan bahwa obsesi pada kebugaran bisa berubah menjadi patologi yang merusak.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Komunitas kebugaran (fitness) seringkali hanya fokus pada kesehatan fisik—otot, nutrisi, dan angka di timbangan atau beban angkatan. Akan tetapi, mereka sering mengabaikan kesehatan mental yang mendasarinya.

Maka, sangat penting untuk membangun kesadaran bahwa menjadi bugar seharusnya tentang menjadi sehat secara keseluruhan. Kekuatan sejati bukan hanya tentang mengangkat beban berat di gym (seperti deadlift), tetapi juga tentang memiliki persepsi diri yang sehat dan merasa damai dengan bayangan di cermin.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7
Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi
Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 19:26 WIB

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 November 2025 - 19:15 WIB

Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Berita Terbaru

Ilustrasi, LeBron James dan CR7 masih mendominasi di usia 40-an. Rahasianya bukan hanya latihan keras, tapi sains pemulihan (recovery) yang ekstrem. Dok: Istimewa.

SPORT

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:26 WIB