JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Pemandangan seorang anak muda yang asyik menikmati kopi di sudut kafe, menonton film sendirian, atau bahkan datang ke konser musik tanpa rombongan kini menjadi semakin lumrah. Dulu, aktivitas seperti ini mungkin akan mengundang tatapan iba. Namun kini, pandangan itu telah berbalik 180 derajat.
Selamat datang di era soloism, sebuah gerakan budaya di mana semakin banyak anak muda bangga melakukan berbagai aktivitas seorang diri. Ini adalah pergeseran besar dari stigma sendirian itu kesepian menjadi sendirian itu memberdayakan.
Mengapa Sendirian Tidak Lagi Aneh?
Perubahan ini tentu tidak terjadi dalam semalam. Sebaliknya, pergeseran nilai dan cara generasi muda memandang dunia menjadi pendorong utamanya. Pertama-tama, di tengah tekanan hidup yang tinggi, mereka semakin menghargai waktu untuk diri sendiri. Oleh karena itu, melakukan sesuatu sendirian menjadi cara untuk mengisi ulang energi, merefleksikan diri, dan melakukan hal yang benar-benar mereka sukai tanpa kompromi.
Selain itu, generasi ini juga lebih merdeka dari validasi sosial. Meskipun media sosial menciptakan tekanan untuk tampil bersama, ia juga menumbuhkan generasi yang lebih mandiri. Akibatnya, anak muda kini tidak terlalu membutuhkan pengakuan orang lain untuk merasa bahagia. Terakhir, mereka secara aktif menolak stigma lama, menantang gagasan bahwa kebahagiaan bergantung pada kehadiran orang lain.
Pemberdayaan dalam Kesendirian
Jauh dari kata menyedihkan, melakukan aktivitas solo justru menawarkan serangkaian manfaat psikologis yang kuat. Salah satunya adalah peningkatan kepercayaan diri. Berhasil menavigasi situasi sosial atau perjalanan seorang diri akan membangun rasa percaya diri yang luar biasa.
Lebih dari itu, soloism memberikan kebebasan tanpa batas. Saat sendirian, kamulah satu-satunya pengambil keputusan, yang tentunya memberikan rasa kontrol memuaskan. Manfaat lainnya adalah koneksi yang lebih dalam dengan lingkungan. Tanpa distraksi percakapan, kamu menjadi lebih peka terhadap sekitar, lebih mudah memulai percakapan dengan orang asing, dan akhirnya mendapatkan pengalaman yang lebih otentik.
Dari Kopi Sendiri hingga Paspor Solo
Gerakan soloism ini memiliki spektrum yang luas. Ia bisa dimulai dari hal kecil seperti makan siang sendirian. Kemudian, ia bisa berkembang menjadi pengalaman lebih besar seperti menghadiri festival musik atau bahkan melakukan solo traveling ke negara lain.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada akhirnya, soloism bukanlah tentang menjadi anti-sosial. Sebaliknya, ini adalah tentang menyeimbangkan kehidupan sosial dengan kebutuhan akan ruang pribadi. Ini adalah perayaan kemerdekaan diri dan pengakuan bahwa teman terbaik yang bisa kamu miliki, terkadang, adalah dirimu sendiri.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia