BANTUL, POSNEWS.CO.ID – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul akhirnya mengungkap penyebab keracunan massal 237 siswa program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bantul. Pengumuman ini mereka lakukan setelah menunggu hasil uji laboratorium selama hampir tiga minggu.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Bantul, Hermawan Setiaji, mengonfirmasi temuan tersebut pada Selasa (18/11/2025). Ternyata, petugas laboratorium menemukan bakteri E. coli pada sampel nasi yang para siswa konsumsi.
Dugaan Kontaminasi Akibat Waktu Simpan
Hermawan menjelaskan bagaimana bakteri E. coli tersebut bisa mencemari nasi. Ia menduga ada dua kemungkinan pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP).
Pertama, ia menduga siswa mengonsumsi makanan tersebut setelah melebihi batas waktu aman. Menurutnya, makanan matang yang berada di suhu ruang lebih dari empat jam sangat berpotensi mengalami kontaminasi bakteri.
“Atau karena mereka menutup makanan saat masih panas,” jelas Hermawan. Proses pengemasan saat masih panas dapat membuat uap air terperangkap. Kondisi ini menciptakan media ideal bagi bakteri untuk berkembang biak.
SPPG Ditutup, Mayoritas Belum Punya Izin Laik Higiene
Akibat insiden ini, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sumberagung, Jetis 1, masih tutup (belum beroperasi).
Lebih lanjut, Hermawan mengaku belum mengecek apakah SPPG tersebut sudah memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) atau belum. Faktanya, ia mengungkap data yang mengkhawatirkan: dari total 105 SPPG di Bantul, baru lima di antaranya yang telah mengantongi SLHS.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Nanti koordinator Badan Gizi Nasional (BGN) Bantul akan mengecek (SPPG). Prinsipnya yang menilai (kapan akan beroperasi) dari dia (BGN),” tuturnya.
Rekomendasi Pengetatan SOP
Menyusul temuan ini, Pemkab memberikan sejumlah rekomendasi tegas terhadap SPPG yang bersangkutan dan seluruh SPPG lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Agus Widiyanta, turut menekankan peningkatan higiene personel. Misalnya, ia meminta agar penjamah makanan selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum menyentuh bahan pangan.
Selain itu, ia mengingatkan agar penyimpanan makanan matang pada suhu kamar tidak boleh lebih dari empat jam. SPPG juga harus mengontrol waktu distribusi agar tidak melebihi empat jam sejak matang sampai ke sekolah.
Kronologi & Evaluasi Total
Sebagai informasi, peristiwa keracunan massal ini terjadi pada Jumat (31/10/2025) lalu. Sebanyak 237 siswa dari lima sekolah mengalami keluhan diare dan sakit perut.
Adapun kelima sekolah itu adalah SMAN 1 Jetis (168 siswa), SMPN 3 Jetis, SMP Muhammadiyah Pulokasang, SDN 2 Bakulan, dan SMPN 1 Jetis. Untungnya, Dinkes melaporkan tidak ada siswa yang sampai menjalani rawat inap.
Kini, Pemkab Bantul akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh 105 SPPG di Bantul. Bupati Abdul Halim Muslih telah menjadwalkan evaluasi ini pada Jumat (20/11) mendatang guna memastikan kasus serupa tidak terjadi lagi.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















