JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Di dunia keuangan, para analis menggunakan data rumit seperti PDB, tingkat inflasi, dan angka pengangguran untuk memprediksi arah ekonomi. Namun, ada satu indikator tidak resmi yang anehnya cukup akurat dan jauh lebih sederhana: penjualan celana dalam pria.
Alan Greenspan, mantan pimpinan bank sentral Amerika Serikat (The Fed), memopulerkan gagasan ini. Ia berteori bahwa penjualan pakaian dalam pria adalah cerminan langsung dari kepercayaan konsumen dan kesehatan ekonomi. Saat penjualan anjlok, itu bisa menjadi pertanda bahwa masa-masa sulit akan segera datang.
Logika di Balik Teori Sederhana Ini
Logikanya sangat mendasar. Pakaian dalam adalah barang kebutuhan pokok yang akan terus pria beli secara teratur. Namun, karena orang lain tidak melihatnya, menunda pembelian celana dalam menjadi pilihan pertama saat kondisi keuangan mulai mengetat.
Saat seorang pria merasa khawatir tentang pekerjaannya atau melihat harga-harga naik, ia mungkin akan berpikir, “Celana dalam yang lama masih bisa dipakai sebulan lagi.” Ketika jutaan pria mulai berpikir seperti ini secara bersamaan, penjualan celana dalam secara nasional akan menurun drastis. Penurunan inilah yang menjadi sinyal bagi para ekonom bahwa daya beli masyarakat sedang melemah.
Seberapa Akurat Indikator Ini?
Meskipun terdengar konyol, “Indeks Pakaian Dalam Pria” telah menunjukkan korelasi yang mengejutkan dengan siklus ekonomi. Data menunjukkan penjualan produk ini menurun tajam selama resesi tahun 2008 dan kembali pulih saat ekonomi membaik. Tentu saja, ini bukanlah alat prediksi utama, melainkan sebuah indikator pendukung yang menarik. Indikator ini lebih berfungsi sebagai penegas tren daripada peramal masa depan. Fenomena ini mirip dengan “Efek Lipstik”, di mana penjualan kosmetik kecil justru meningkat saat ekonomi sulit.
Cerminan Psikologi Massa
Pada akhirnya, Indeks Pakaian Dalam Pria menunjukkan contoh sempurna bagaimana gabungan keputusan-keputusan kecil dan pribadi dalam skala besar dapat melukiskan gambaran ekonomi makro yang jelas. Teori ini menjadi pengingat bahwa di balik angka-angka dan grafik yang kompleks, satu hal pada dasarnya menggerakkan ekonomi: psikologi dan perilaku manusia. Jadi, lain kali Anda menunda membeli celana dalam baru, Anda mungkin tanpa sadar sedang berpartisipasi dalam sebuah indikator ekonomi global.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia