Mitos Kelangkaan Berlian: Marketing di Balik Cincin Nikahmu

Senin, 20 Oktober 2025 - 14:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Bagaimana sebuah batu karbon biasa diubah menjadi simbol cinta abadi melalui salah satu kampanye marketing paling jenius dalam sejarah. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Bagaimana sebuah batu karbon biasa diubah menjadi simbol cinta abadi melalui salah satu kampanye marketing paling jenius dalam sejarah. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Banyak orang menganggap cincin berlian di jari manis sebagai puncak dari janji cinta abadi. Tentu saja, kilauannya melambangkan kemewahan, status, dan kelangkaan. Namun, bagaimana jika nilai fantastis dari batu ini sebenarnya tidak berasal dari kelangkaannya, melainkan dari salah satu kampanye marketing paling sukses—dan manipulatif—sepanjang masa?

Kenyataannya, berlian tidaklah langka. Jika kita bandingkan dengan batu permata lain seperti zamrud atau rubi, berlian justru salah satu batu paling umum yang ada di kerak bumi. Nilainya yang selangit merupakan hasil dari sebuah ilusi yang De Beers ciptakan dengan sangat hati-hati selama hampir seabad.

A Diamond Is Forever: Lahirnya Sebuah Tradisi

Pada awal abad ke-20, perusahaan tambang raksasa De Beers mengendalikan hampir 90% pasokan berlian dunia. Akan tetapi, penjualan mereka lesu. Oleh karena itu, untuk mendongkrak permintaan, pada tahun 1947 mereka meluncurkan kampanye iklan legendaris dengan slogan “A Diamond is Forever”. Kampanye ini secara brilian mengaitkan sifat berlian yang tak bisa hancur dengan konsep cinta abadi. Selanjutnya, iklan mereka secara konsisten menampilkan berlian sebagai satu-satunya cara untuk membuktikan keseriusan sebuah lamaran. De Beers tidak menjual batu; mereka menjual ide tentang keabadian.

Baca Juga :  Dukungan Masyarakat Kian Masif, KNPI Apresiasi Kinerja Polri

Menciptakan Kelangkaan Artifisial

Kunci utama dari strategi De Beers adalah mengontrol pasokan secara ketat. Mereka menimbun berlian dalam jumlah besar dan hanya melepaskannya ke pasar sedikit demi sedikit. Dengan menciptakan kelangkaan buatan ini, mereka dapat mendikte harga dan memastikan nilainya tetap tinggi. Selain itu, mereka juga mempromosikan gagasan bahwa “cincin tunangan harus seharga dua bulan gaji”, yang kemudian menetapkan standar pengeluaran yang sebelumnya tidak pernah ada.

Baca Juga :  Tantangan Mencari Circle Pertemanan di Usia Dewasa

Warisan Sebuah Kampanye

Meskipun monopoli De Beers kini telah berkurang, warisan kampanye mereka tetap hidup. Gagasan untuk menyertai lamaran dengan cincin berlian telah menjadi tradisi yang mendarah daging di seluruh dunia. Akibatnya, kita menerima begitu saja bahwa berlian itu berharga karena langka, padahal kita hanya mewarisi hasil dari sebuah strategi pemasaran yang luar biasa.

Pada akhirnya, kisah berlian adalah bukti paling kuat dari kekuatan marketing. Kisah ini menunjukkan bagaimana sebuah cerita yang tepat dapat mengubah persepsi publik dan, dengan demikian, mengubah batu karbon biasa menjadi salah satu komoditas paling didambakan di planet ini.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Viral Anggota TNI AL Pukul Driver Ojol di Grogol, Langsung Diperiksa
Natalius Pigai Desak DPR, Korupsi Harus Dianggap Pelanggaran HAM di Indonesia
Foto di Tebet Eco Park Gratis, Pemprov DKI Tegaskan Kecuali untuk Komersial
Kuburan China Tua Terkuak, Polisi Temukan Kerangka Manusia di Sawah Besar
Tukang Parkir di Pulogebang Disiram Air Keras, Saat Cegah Tawuran
Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA
Gubernur DKI Luncurkan Try Out KJP, Siswa Kurang Mampu Siap Masuk Kampus
Ratusan Pengusaha Rental Mobil Banjiri HUT ke-8 BRN, UNGU Siap Guncang Panggung

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 18:23 WIB

Viral Anggota TNI AL Pukul Driver Ojol di Grogol, Langsung Diperiksa

Selasa, 21 Oktober 2025 - 18:07 WIB

Natalius Pigai Desak DPR, Korupsi Harus Dianggap Pelanggaran HAM di Indonesia

Selasa, 21 Oktober 2025 - 15:57 WIB

Foto di Tebet Eco Park Gratis, Pemprov DKI Tegaskan Kecuali untuk Komersial

Selasa, 21 Oktober 2025 - 15:39 WIB

Kuburan China Tua Terkuak, Polisi Temukan Kerangka Manusia di Sawah Besar

Selasa, 21 Oktober 2025 - 15:26 WIB

Tukang Parkir di Pulogebang Disiram Air Keras, Saat Cegah Tawuran

Berita Terbaru