TAIPEI, POSNEWS.CO.ID – Jauh dari medan perang konvensional, sebuah konflik senyap namun berisiko tinggi sedang berlangsung. Ini adalah pertarungan untuk menguasai semikonduktor atau microchip. Komponen silikon mungil ini berfungsi sebagai “otak” dari hampir semua perangkat modern, mulai dari ponsel pintar, laptop, mobil, hingga sistem persenjataan canggih.
Siapa pun yang mengontrol rantai pasok microchip yang kompleks ini akan memegang kunci keunggulan teknologi, ekonomi, dan militer abad ke-21. Perebutan supremasi semikonduktor inilah yang kini mendorong persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Titik Tumpu Dunia: Dominasi Absolut Taiwan
Di pusat perang semikonduktor ini berdiri sebuah pulau kecil dengan peran raksasa: Taiwan. Pulau ini adalah rumah bagi Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC). Perusahaan ini sendirian memproduksi lebih dari 90% chip paling canggih di dunia.
Dominasi TSMC sangat absolut. Hampir semua perusahaan teknologi terkemuka—dari Apple dan Nvidia hingga AMD—bergantung padanya untuk memproduksi desain chip mereka. Ketergantungan global pada satu perusahaan di lokasi yang rentan ini menciptakan sebuah dilema. Banyak analis menyebutnya sebagai “Tirai Silikon” (Silicon Shield) bagi Taiwan. Namun, ini sekaligus menjadi titik kerawanan terbesar dalam rantai pasok global.
Amerika Serikat: Misi Mendesak Mencapai Kemandirian
Amerika Serikat menyadari kerentanan strategis ini. Karena itu, Washington melancarkan kampanye besar-besaran untuk mengamankan rantai pasok dan merebut kembali kepemimpinan manufaktur chip. Langkah utamanya adalah CHIPS and Science Act. Undang-undang ini mengalokasikan dana lebih dari $52 miliar untuk mensubsidi pembangunan pabrik chip (fabs) di tanah Amerika.
Tujuannya ganda:
- Reshoring Produksi: Mendorong perusahaan seperti TSMC, Samsung, dan Intel untuk membangun fabs canggih di AS. Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada Asia Timur.
- Menghambat Tiongkok: Washington juga memberlakukan kontrol ekspor yang ketat. Aturan ini secara efektif memutus akses Tiongkok ke teknologi, peralatan, dan perangkat lunak canggih pembuatan chip dari AS.
Tiongkok: Perjuangan Habis-habisan untuk Swasembada
Di sisi lain, Tiongkok melihat pembatasan AS sebagai upaya untuk melumpuhkan teknologinya. Sebagai respons, Beijing meluncurkan inisiatif besar. Negara mendanai program senilai ratusan miliar dolar ini untuk membangun industri semikonduktor domestik dari nol.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Tujuannya adalah mencapai swasembada total. Mereka ingin memproduksi chip canggih untuk kecerdasan buatan (AI), superkomputer, dan militer. Meskipun Tiongkok masih tertinggal beberapa generasi di belakang TSMC, investasi masif ini menunjukkan tekad mereka. Beijing ingin membebaskan diri dari “cekikan” teknologi oleh AS.
Pertarungan yang Akan Mendefinisikan Masa Depan
Perang semikonduktor ini lebih dari sekadar persaingan ekonomi. Pertarungan fundamental ini akan membentuk kembali lanskap teknologi dan geopolitik global.
Hasilnya akan menentukan masa depan dunia. Akankah rantai pasok global tetap terintegrasi? Atau akankah dunia terpecah menjadi dua ekosistem teknologi yang saling bersaing—satu dipimpin AS, yang lain oleh Tiongkok? Taruhannya sangat tinggi, karena mereka memperebutkan ‘otak’ yang akan menggerakkan masa depan kita.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia