MOSKOW, POSNEWS.CO.ID –Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pembicaraan via telepon pada Sabtu (15/11/2025) malam. Meskipun Israel menyebut panggilan itu sebagai bagian dari “serangkaian pembicaraan regional,” namun waktu panggilan ini sangat krusial.
Panggilan ini terjadi hanya dua hari setelah Rusia secara resmi menantang rencana perdamaian Gaza yang Amerika Serikat (AS) ajukan di Dewan Keamanan PBB.
Perang Proposal: AS vs Rusia di PBB
Saat ini, Washington dan Moskow sedang terlibat dalam pertarungan diplomatik sengit mengenai masa depan Gaza pasca-gencatan senjata.
- Proposal AS (Trump): Di satu sisi, proposal Gedung Putih (bagian dari rencana 20 poin Donald Trump) menginginkan pembentukan “pasukan stabilisasi internasional” di Gaza. Pasukan ini akan memiliki kemerdekaan luas dari PBB. Lebih penting lagi, rencana ini memberi Israel wewenang untuk tetap mengontrol perimeter keamanan di sekitar Gaza tanpa batas waktu yang jelas.
- Proposal Tandingan Rusia: Di sisi lain, Rusia menolak keras ide tersebut. Pada Kamis (13/11), Moskow mengajukan draf resolusi tandingan. Proposal Rusia menuntut agar pasukan stabilisasi internasional harus berada di bawah otoritas langsung PBB. Selain itu, Rusia menentang segala “perubahan demografis atau teritorial” di Gaza dan kembali mendesak implementasi solusi dua negara (two-state solution).
Isi Pembicaraan Putin dan Netanyahu
Di tengah pertarungan PBB inilah, Putin mengambil inisiatif menelepon Netanyahu.
Menurut pernyataan Kremlin, kedua pemimpin “bertukar pandangan secara detail” mengenai implementasi gencatan senjata Gaza. Mereka juga membahas isu sensitif lainnya, termasuk program nuklir Iran dan upaya untuk menstabilkan Suriah—dua isu di mana Rusia memegang pengaruh besar.
Kantor PM Israel (PMO) mengonfirmasi panggilan telepon tersebut. Mereka menyebut ini adalah panggilan terbaru dalam “serangkaian percakapan terkini” mengenai isu-isu regional, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Apa yang Akan Terjadi?
Panggilan Putin ke Netanyahu bukanlah basa-basi. Ini adalah langkah geopolitik yang diperhitungkan secara cermat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Secara realistis, apa yang kemungkinan besar akan terjadi adalah:
- Kebuntuan (Stalemate) di PBB: Hampir pasti akan terjadi deadlock di Dewan Keamanan PBB. Amerika Serikat akan menggunakan hak veto untuk memblokir draf resolusi Rusia. Sebaliknya, Rusia (dan kemungkinan besar China) akan mem-veto proposal AS. Akibatnya, tidak akan ada mandat PBB yang jelas untuk pasukan internasional mana pun.
- Israel Bermain di Dua Kaki: Netanyahu sedang berada dalam posisi terjepit. Di satu sisi, ia sangat membutuhkan dukungan AS (Trump). Namun di sisi lain, ia tidak bisa memusuhi Putin secara terbuka. Israel membutuhkan “lampu hijau” diam-diam dari Rusia untuk beroperasi di langit Suriah guna menyerang target-target pro-Iran.
- Putin Mengulur Waktu dan Menantang AS: Tujuan panggilan ini adalah strategi Rusia untuk memastikan bahwa rencana AS tidak berjalan mulus. Dengan berbicara langsung kepada Netanyahu, Putin menunjukkan bahwa ada kekuatan besar lain di kawasan itu. Ia mengingatkan Israel bahwa mereka memiliki kepentingan di Suriah dan Iran yang hanya bisa Rusia kelola.
- Ramalan Akhir: Maka, jangan berharap ada terobosan besar dalam waktu dekat. Panggilan ini kemungkinan besar adalah upaya Rusia untuk memperlambat momentum AS dan memaksa Israel agar tidak terlalu condong pada rencana Trump, sambil menunggu konsesi diplomatik di Suriah atau Iran.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia




















