JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Dulu, banyak orang menganggap anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa kurang beruntung. Mereka dianggap kalah saing dari teman-temannya yang hanya berbicara satu bahasa. Namun, pandangan itu kini telah usang. Data terbaru justru menunjukkan mayoritas populasi dunia adalah bilingual atau multilingual. Sains modern pun mengungkap berbagai manfaat luar biasa di baliknya.
Berkat kemajuan teknologi, para peneliti kini dapat melihat lebih dalam bagaimana bilingualisme mengubah sistem kognitif dan neurologis otak. Hasilnya sangat jelas: menjadi bilingual memberikan keuntungan yang signifikan.
Dua Bahasa Aktif Bersamaan
Penelitian menunjukkan, saat seorang bilingual memakai satu bahasa, bahasa lainnya tetap aktif di dalam otak. Fenomena “ko-aktivasi bahasa” ini memaksa otak untuk terus mengelola dua sistem bahasa secara bersamaan.
Para ilmuwan membuktikannya melalui studi gerakan mata. Ketika peneliti meminta seorang bilingual Rusia-Inggris untuk mengambil “marker” (spidol), ia akan lebih sering melirik “marka” (prangko). Hal ini terjadi karena kedua kata tersebut terdengar mirip di otaknya.
Ahli dalam Manajemen Konflik
Kompetisi linguistik yang terus-menerus ini melatih otak menjadi lebih terampil dalam “manajemen konflik”. Seorang bilingual harus selalu memilih kata yang tepat dari dua bahasa. Hasilnya, mereka sering kali unggul dalam tugas yang butuh fokus dan kemampuan mengabaikan gangguan.
Dalam Stroop Task klasik—sebuah tes di mana seseorang harus menyebutkan warna tulisan, bukan kata yang tertulis—kaum bilingual menunjukkan performa lebih baik. Mereka juga lebih cepat saat harus beralih antara dua tugas berbeda, yang menunjukkan kontrol kognitif superior.
Mempertajam Fungsi Sensorik dan Memori
Keunggulan ini ternyata meluas hingga ke area otak yang memproses sensorik. Saat menghadapi suara bising, otak seorang bilingual menunjukkan respons saraf yang lebih besar. Ini menandakan kemampuan otak mereka lebih baik dalam menyaring dan mengkodekan suara.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Peningkatan pemrosesan ini menjelaskan mengapa orang dewasa bilingual lebih mudah mempelajari bahasa ketiga. Selain itu, pengalaman bilingual juga terbukti menjaga mekanisme kognitif tetap tajam seiring bertambahnya usia.
Sebuah studi mengejutkan meneliti lebih dari 200 pasien Alzheimer. Hasilnya, pasien bilingual rata-rata menunjukkan gejala awal penyakit lima tahun lebih lambat dari pasien monolingual. Otakmungkin mungkink mereka menunjukkan lebih bany kerusakan fisik, namun kemampuan dan perilaku mereka tetap setara. Ini menunjukkan bilingualisme membantu otak bekerja lebih efisien, ibarat mesin yang bisa berjalan lebih jauh dengan bahan bakar yang sama.
Para peneliti bahkan sudah melihat manfaat ini sejak usia dini. Sebuah studi menunjukkan bayi tujuh bulan dari keluarga bilingual lebih cepat beradaptasi saatan sebuainan diubah. Ini Hal ini membuktikan bahwa menavigasi lingkungan multibahasa memberian yang jauh melampaui kemampuan berbahasa itu sendiri.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia