Anak Muda Tolak Hustle Culture: Ketenangan Kini Lebih Berharga dari Gaji

Minggu, 19 Oktober 2025 - 17:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Generasi baru mendefinisikan ulang work-life balance bukan lagi soal jam kerja, melainkan tentang menjaga energi dan kesehatan mental. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Generasi baru mendefinisikan ulang work-life balance bukan lagi soal jam kerja, melainkan tentang menjaga energi dan kesehatan mental. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID โ€“ Lupakan mantra kerja keras tanpa henti yang dulu didewakan. Di kalangan anak muda saat ini, sebuah pergeseran fundamental sedang terjadi. Konsep work-life balance tidak lagi sekadar tentang membagi waktu antara kantor dan rumah. Kini, konsep itu berevolusi menjadi tentang mengelola energi, menjaga kesehatan mental, dan menciptakan ruang untuk hidup yang bermakna.

Fenomena ini adalah bentuk perlawanan diam-diam terhadap hustle culture. Budaya ini mengagungkan kerja gila-gilaan sebagai satu-satunya jalan menuju sukses. Bagi banyak milenial dan Gen Z, piala kesuksesan bukan lagi jabatan mentereng, melainkan ketenangan pikiran.

Mengapa Hustle Culture Ditinggalkan?

Selama bertahun-tahun, media sosial dan budaya populer mengagungkan citra profesional muda. Mereka digambarkan bekerja 80 jam seminggu, kurang tidur, dan mendedikasikan hidup untuk karier. Namun, pandemi COVID-19 menjadi titik balik. Pandemi menyadarkan banyak orang akan realitas pahit di baliknya: kelelahan (burnout), kecemasan, dan hilangnya makna hidup.

Baca Juga :  Jebakan Utang di Jalur Sutra Modern China: Peluang atau Ancaman?

Generasi ini menyaksikan langsung bagaimana tuntutan kerja yang tidak manusiawi menguras kesehatan mental dan fisik para senior mereka. Mereka pun bertanya: Apakah ini sepadan? Jawaban semakin banyak orang adalah tidak.

Prioritas Baru: Fleksibilitas dan Kesejahteraan

Penolakan terhadap hustle culture bukan berarti menjadi pemalas. Sebaliknya, ini adalah tentang bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras. Anak muda kini secara aktif mencari lingkungan kerja yang menawarkan:

  1. Fleksibilitas Lokasi dan Waktu: Kemampuan bekerja dari rumah atau di mana saja kini menjadi prioritas utama. Mereka juga menginginkan jam kerja yang fleksibel. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka mengintegrasikan pekerjaan ke dalam hidup, bukan sebaliknya.
  2. Dukungan Kesehatan Mental: Perusahaan yang mendukung kesehatan mental kini jauh lebih menarik. Mereka mencari tunjangan konseling, hari libur khusus untuk kesehatan mental, dan budaya kerja yang terbuka mengenai isu kejiwaan.
  3. Ruang untuk Tumbuh di Luar Pekerjaan: Mereka menginginkan pekerjaan yang menghargai kehidupan pribadi mereka. Ini mencakup hobi, keluarga, dan waktu untuk beristirahat tanpa rasa bersalah.
Baca Juga :  Istri Tewas Terbakar, Suami di Cakung Ditangkap Polisi Gegara Cemburu

Gaji Bukan Segalanya

Pergeseran paling signifikan terjadi dalam cara mereka memandang kompensasi. Gaji yang layak memang tetap penting, namun itu bukan lagi satu-satunya faktor penentu.

Banyak anak muda kini rela menerima gaji yang sedikit lebih rendah jika imbalannya adalah lingkungan kerja yang lebih sehat, fleksibel, dan tidak toksik. Bagi mereka, kekayaan bukan lagi soal saldo rekening. Mereka mengukurnya dari energi yang tersisa di akhir hari dan tingkat kedamaian yang mereka rasakan.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada akhirnya, tren ini mengirimkan sinyal kuat bagi para pemberi kerja. Perusahaan yang ingin menarik dan mempertahankan talenta terbaik harus memahami bahwa work-life balance versi baru ini bukan lagi sekadar fasilitas, melainkan sebuah kebutuhan mendasar.

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA
Gubernur DKI Luncurkan Try Out KJP, Siswa Kurang Mampu Siap Masuk Kampus
Ratusan Pengusaha Rental Mobil Banjiri HUT ke-8 BRN, UNGU Siap Guncang Panggung
BMKG Ingatkan Siaga Cuaca Ekstrem pada 21โ€“27 Oktober 2025, Hujan Lebat Ancam Indonesia
KPK Sita Hyundai Palisade Milik Rekan Tersangka Korupsi CSR BI dan OJK
Ribuan WNI Dijebak Penipuan Online, Ada yang Jadi Scammer Sadis di Luar Negeri
Jakarta Diguyur Hujan Ringan Sepanjang Hari, BMKG Imbau Warga Waspada
Warga Bekasi Temukan Diduga Kerangka Bayi Terkubur di Bawah Timbunan Asbes

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 11:07 WIB

Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA

Selasa, 21 Oktober 2025 - 10:48 WIB

Gubernur DKI Luncurkan Try Out KJP, Siswa Kurang Mampu Siap Masuk Kampus

Selasa, 21 Oktober 2025 - 10:19 WIB

Ratusan Pengusaha Rental Mobil Banjiri HUT ke-8 BRN, UNGU Siap Guncang Panggung

Selasa, 21 Oktober 2025 - 08:17 WIB

BMKG Ingatkan Siaga Cuaca Ekstrem pada 21โ€“27 Oktober 2025, Hujan Lebat Ancam Indonesia

Selasa, 21 Oktober 2025 - 07:58 WIB

KPK Sita Hyundai Palisade Milik Rekan Tersangka Korupsi CSR BI dan OJK

Berita Terbaru

Menteri Agama Nasaruddin Umar memberi keterangan pers terkait pencairan dana BOS Madrasah dan BOP RA senilai Rp4,01 triliun di Jakarta. Dok: Kemenag

NASIONAL

Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA

Selasa, 21 Okt 2025 - 11:07 WIB