JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Meskipun media sering menyorot perang dan konflik, ada fakta yang sering terlewat: sebagian besar negara, pada sebagian besar waktu, tidak sedang berperang. Kita melihat kerja sama sukses seperti Uni Eropa (UE), ASEAN, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang berjalan stabil selama puluhan tahun.
Fenomena ini menjadi pertanyaan sentral bagi Teori Hubungan Internasional aliran Liberalisme. Jika kaum Realis melihat dunia sebagai arena anarki yang brutal dan kompetisi zero-sum, kaum Liberalis melihatnya sebagai masyarakat yang bisa diatur. Mereka percaya bahwa kerja sama bukan hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan bagi semua pihak (positive-sum).
Konsep Inti Teori Liberalisme
Tidak seperti Realisme yang fokus pada kekuatan militer, Liberalisme berfokus pada bagaimana negara-negara bisa membangun kepercayaan dan keuntungan bersama.
- Interdependensi (Saling Ketergantungan): Kaum Liberalis berpendapat bahwa di era modern, ekonomi negara-negara saling terkait erat. Perang menjadi sangat mahal secara ekonomi. Menyerang mitra dagang utama Anda sama saja dengan menghancurkan rantai pasok dan ekonomi Anda sendiri. Saling ketergantungan ekonomi yang kompleks ini menciptakan insentif yang kuat untuk mencari solusi damai.
- Institusi Internasional (Wasit Global): Berbeda dengan Realis yang menganggap PBB tidak relevan, Liberalis melihat institusi (PBB, WTO, Bank Dunia, ASEAN) sebagai “wasit”. Institusi ini menciptakan aturan main, menyediakan forum untuk negosiasi, memantau kepatuhan, dan menghukum pelanggar. Institusi membantu negara mengatasi anarki dengan mengurangi ketidakpastian dan membangun kepercayaan.
- Democratic Peace Theory (Teori Perdamaian Demokrasi): Ini adalah salah satu temuan kunci Liberalisme. Secara historis, negara-negara demokrasi liberal yang matang hampir tidak pernah berperang satu sama lain. Karena mereka memiliki nilai-nilai yang sama (penghormatan hukum, HAM) dan mekanisme damai untuk suksesi kepemimpinan, mereka cenderung menyelesaikan sengketa secara diplomatis.
Jaring Pengaman dalam Aksi
Contoh paling kuat dari teori ini adalah Uni Eropa. Institusi ini berhasil mendamaikan Prancis dan Jerman, dua negara yang berperang hebat selama berabad-abad. Dengan mengikat ekonomi mereka (interdependensi) di bawah satu payung institusi (hukum UE), perang di antara mereka menjadi tidak terpikirkan.
Demikian pula, WTO berfungsi sebagai wasit dagang. Ketika negara berselisih soal tarif, mereka membawanya ke panel sengketa WTO, bukan mengerahkan kapal perang. Ini adalah bukti bagaimana institusi mengelola konflik secara damai, meskipun ketegangan antar negara tetap ada.
Kesimpulan
Bagi kaum Liberalis, anarki yang digambarkan Realis memang ada, tetapi bisa diatasi. Institusi internasional, ketergantungan ekonomi, dan penyebaran demokrasi adalah jaring pengaman global yang sesungguhnya. Kerja sama bukanlah sebuah utopia naif; itu adalah strategi cerdas dan menguntungkan untuk bertahan hidup serta makmur di dunia yang kompleks.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















