Kutukan Sumber Daya: Mengapa Kaya Minyak Sering Berarti Rakyat Miskin?

Kamis, 6 November 2025 - 07:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi,Paradoks kekayaan: Negara-negara seperti Nigeria atau Venezuela memiliki minyak berlimpah, namun rakyatnya terperosok dalam kemiskinan. Inilah

Ilustrasi,Paradoks kekayaan: Negara-negara seperti Nigeria atau Venezuela memiliki minyak berlimpah, namun rakyatnya terperosok dalam kemiskinan. Inilah "Kutukan Sumber Daya". Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Ada sebuah paradoks yang membingungkan dalam ekonomi global. Mengapa negara-negara yang dilimpahi kekayaan alam paling berharga—seperti minyak, gas, atau berlian—justru sering terperosok dalam kemiskinan, korupsi, dan konflik?

Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, namun mengalami hiperinflasi dan krisis kemanusiaan. Nigeria adalah raksasa minyak Afrika, namun sebagian besar rakyatnya hidup di bawah garis kemiskinan.

Ini bukan kebetulan. Para ahli ekonomi-politik mengenal fenomena ini sebagai “Kutukan Sumber Daya” (Resource Curse).

Penyakit Belanda

Salah satu penjelasan ekonomi utama adalah “Penyakit Belanda” (Dutch Disease). Istilah ini muncul pada 1960-an ketika Belanda menemukan cadangan gas alam yang sangat besar. Anehnya, setelah penemuan itu, sektor manufaktur Belanda justru merosot tajam.

Mekanismenya begini: Pendapatan SDA yang melimpah (misalnya dari ekspor minyak) membanjiri negara dengan mata uang asing. Hal ini membuat mata uang lokal menguat secara drastis.

Baca Juga :  Independensi Bank Sentral: Benteng Teknis atau Keputusan Politis?

Akibatnya, barang-barang ekspor non-minyak (seperti produk pertanian atau hasil pabrik) menjadi terlalu mahal dan tidak kompetitif di pasar global. Sektor-sektor ini perlahan mati, membuat negara tersebut sangat bergantung pada satu komoditas saja.

Kue Rebutan Elit

Jika “Penyakit Belanda” adalah masalah ekonomi, “Kutukan Sumber Daya” adalah masalah politiknya, dan ini seringkali lebih merusak.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketika pemerintah mendapatkan pendapatan utamanya dari “menjual SDA” (seperti konsesi tambang atau minyak) alih-alih dari “pajak rakyat”, hal ini memutus hubungan fundamental antara penguasa dan warga negara.

Pemerintah tidak lagi membutuhkan rakyat untuk mendanai negara. Karena tidak bergantung pada pajak, pemerintah menjadi tidak akuntabel kepada warganya. Para elit politik pun memperebutkan SDA yang menjadi “kue” raksasa. Situasi ini memicu korupsi besar-besaran (dikenal sebagai rent-seeking), kronisme, dan seringkali mengarah pada pemerintahan otoriter yang fokusnya hanya menjaga tambang, bukan menyejahterakan rakyat.

Baca Juga :  Bare Minimum Monday: Malas atau Strategi Anti-Burnout?

Belajar dari Norwegia

Namun, negara bisa mematahkan kutukan ini. Kekayaan SDA tidak harus berarti bencana, asalkan pemerintah mengelolanya dengan benar. Pengecualian paling terkenal adalah Norwegia.

Saat menemukan minyak di Laut Utara, Norwegia memutuskan untuk tidak menghabiskan uangnya secara langsung. Sebaliknya, mereka membuat “Sovereign Wealth Fund” (dana abadi). Mereka memasukkan semua pendapatan minyak ke dana investasi raksasa ini, yang kini menjadi salah satu yang terbesar di dunia.

Untuk APBN, pemerintah Norwegia hanya boleh menggunakan sebagian kecil dari hasil investasinya (bukan pokoknya). Hasilnya, Norwegia berhasil menghindari “Penyakit Belanda”, mengamankan dana triliunan dolar untuk generasi mendatang, dan tetap menjadi salah satu negara paling akuntabel dan sejahtera di dunia.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7
Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi
Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 19:26 WIB

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 November 2025 - 19:15 WIB

Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Berita Terbaru

Ilustrasi, LeBron James dan CR7 masih mendominasi di usia 40-an. Rahasianya bukan hanya latihan keras, tapi sains pemulihan (recovery) yang ekstrem. Dok: Istimewa.

SPORT

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:26 WIB