Kacamata Gender: Apa yang Terlewat dari Politik Global

Selasa, 28 Oktober 2025 - 05:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Mengapa diskusi perang selalu soal tentara pria? Teori Feminisme mengungkap bagaimana pengalaman perempuan terabaikan dalam politik global. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Mengapa diskusi perang selalu soal tentara pria? Teori Feminisme mengungkap bagaimana pengalaman perempuan terabaikan dalam politik global. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Saat kita membahas perang atau keamanan global, gambaran yang muncul di kepala kita hampir selalu seragam: para jenderal (pria) menunjuk peta di ruang strategi, tentara (pria) di garis depan, dan para pemimpin negara (sebagian besar pria) berjabat tangan di meja perundingan.

Namun, ada yang hilang dari gambaran ini. Di mana perempuan? Mengapa diskusi perang jarang sekali membahas dampak spesifiknya pada perempuan dan anak-anak, yang seringkali menjadi korban utama kekerasan dan pengungsian? Teori Feminisme dalam Hubungan Internasional (HI) hadir untuk mempertanyakan kebutaan gender ini.

Politik Global yang “Buta Gender”

Secara tradisional, studi HI—baik itu Realisme maupun Liberalisme—bersifat buta gender. Mereka menganggap negara sebagai unit yang netral. Namun, Teori Feminisme membongkar asumsi ini.

Baca Juga :  Skandal Panas, Video Kades Munjul Mesum Dalam Mobil Hebohkan Warga Pandeglang

Teori ini berargumen bahwa seluruh konsep yang kita gunakan untuk memahami dunia sangatlah maskulin. Aliran pemikiran ini mengartikan konsep kekuatan (power) sebagai dominasi, agresi, dan kapasitas militer (sifat yang diasosiasikan dengan maskulinitas). Selain itu, konsep keamanan (security) didefinisikan sebagai keamanan negara dari serangan militer, bukan keamanan individu dari kelaparan, kekerasan domestik, atau pemerkosaan.

Mengungkap yang Tak Terlihat

Dengan menggunakan kacamata gender, kita bisa melihat realitas politik global yang sama sekali berbeda.

Pertama, Teori Feminisme menyoroti bagaimana kekerasan seksual dan pemerkosaan secara sistematis berfungsi sebagai senjata perang untuk meneror dan menghancurkan komunitas, sebuah fakta yang lama teori tradisional abaikan.

Kedua, teori ini mendorong pelibatan perempuan secara aktif dalam proses perdamaian. Ini bukan hanya soal kesetaraan, tetapi soal efektivitas. Studi membuktikan bahwa perjanjian damai cenderung lebih bertahan lama jika perempuan terlibat dalam negosiasinya. Hal ini yang mendasari lahirnya Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325, yang menyerukan agar perempuan berpartisipasi di semua level pengambilan keputusan konflik.

Kesimpulan

Teori Feminisme tidak hanya meminta kita untuk “menambahkan perempuan” ke dalam analisis. Teori ini menuntut kita untuk memikirkan ulang secara fundamental apa arti kekuatan, keamanan, dan negara. Tanpa menggunakan kacamata analisis gender, kita sebenarnya hanya melihat setengah dari gambaran dunia. Kita tidak akan pernah memahami keamanan global secara utuh jika kita terus mengabaikan pengalaman separuh populasi di dalamnya.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Wacana PPPK Jadi PNS Mencuat Lagi, DPR: Belum Masuk Pembahasan Resmi UU ASN
Bekasi Tetapkan Status Siaga Darurat Banjir Hingga April 2026, Warga Diminta Waspada
Banjir Kepung Jakarta Selatan, 27 RT Terendam, Air Capai 110 Cm
Pohon Rengas Tumbang di Dharmawangsa, 5 Mobil Ringsek – 2 Warga Luka
Mayat Pria di Siak Dikubur Berterpal, Polisi Ungkap Luka Sadis di Kepala dan Leher
BNN Luncurkan “Jaga Jakarta Tanpa Narkoba”, Tangkal Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Harvey Moeis Resmi Masuk Lapas Cibinong, Eksekusi Vonis 20 Tahun Penjara Kasus Timah
Sulap Baju Lama, Sebuah Fenomena Upcycling

Berita Terkait

Kamis, 30 Oktober 2025 - 21:26 WIB

Wacana PPPK Jadi PNS Mencuat Lagi, DPR: Belum Masuk Pembahasan Resmi UU ASN

Kamis, 30 Oktober 2025 - 21:03 WIB

Bekasi Tetapkan Status Siaga Darurat Banjir Hingga April 2026, Warga Diminta Waspada

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:56 WIB

Banjir Kepung Jakarta Selatan, 27 RT Terendam, Air Capai 110 Cm

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:28 WIB

Pohon Rengas Tumbang di Dharmawangsa, 5 Mobil Ringsek – 2 Warga Luka

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:03 WIB

Mayat Pria di Siak Dikubur Berterpal, Polisi Ungkap Luka Sadis di Kepala dan Leher

Berita Terbaru

Banjir besar melanda Jakarta Selatan, 27 RT terendam hingga 110 cm usai hujan deras. BPBD kerahkan petugas, warga diminta waspada potensi banjir susulan. (BPBD)

JABODETABEK

Banjir Kepung Jakarta Selatan, 27 RT Terendam, Air Capai 110 Cm

Kamis, 30 Okt 2025 - 19:56 WIB