Demam Tulip: Saat Bunga Lebih Mahal dari Rumah

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Bagaimana satu umbi bunga tulip di Belanda abad ke-17 bisa memicu salah satu gelembung ekonomi paling gila dalam sejarah. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Bagaimana satu umbi bunga tulip di Belanda abad ke-17 bisa memicu salah satu gelembung ekonomi paling gila dalam sejarah. Dok: Istimewa.

AMSTERDAM, POSNEWS.CO.ID — Di tengah Zaman Keemasan Belanda, saat perdagangan dan kekayaan melimpah, sebuah komoditas tak terduga menjadi simbol status tertinggi: bunga tulip. Bunga eksotis yang baru tiba dari Kekaisaran Ottoman ini begitu memikat, hingga memicu kegilaan kolektif yang kini orang kenal sebagai “Tulip Mania”—salah satu gelembung spekulatif paling terkenal dalam sejarah.

Kisah ini adalah pelajaran abadi tentang bagaimana euforia pasar dan keserakahan dapat mengubah barang biasa menjadi aset yang harganya melampaui akal sehat, sebelum akhirnya hancur berkeping-keping.

Bunga yang Menjadi Emas

Awalnya, kaum elit dan para botanis menjadi satu-satunya yang memiliki tulip sebagai barang mewah. Namun, keindahannya, terutama varietas langka dengan corak warna “pecah” akibat serangan virus, membuatnya sangat diminati. Seiring waktu, bukan hanya kaum bangsawan yang membeli tulip. Para pedagang, pengrajin, hingga pelayan ikut terjun ke pasar, bukan untuk menanam bunganya, melainkan untuk menjualnya kembali dengan keuntungan besar.

Baca Juga :  Police Goes to School di Bekasi, Polres Metro Didatangi 300 Siswa untuk Cegah Kenakalan Remaja

Harga tulip meroket gila-gilaan. Orang-orang mulai memperdagangkan umbi tulip di bursa saham layaknya komoditas berharga. Mereka bahkan memperjualbelikan kontrak tulip untuk panen di masa depan, sebuah bentuk awal dari perdagangan berjangka (futures trading).

Puncak Kegilaan dan Kehancuran

Pada musim dingin tahun 1636-1637, kegilaan mencapai puncaknya. Ada catatan yang menyebutkan seseorang menukar satu umbi tulip langka, Semper Augustus, dengan sebuah rumah megah di tepi kanal Amsterdam. Orang-orang rela menukarkan tanah, ternak, dan seluruh tabungan hidup mereka demi beberapa umbi bunga. Mereka percaya bahwa akan selalu ada orang lain yang bersedia membeli dengan harga lebih tinggi.

Namun, seperti semua gelembung, gelembung tulip pun akhirnya pecah. Pada Februari 1637, tanpa alasan yang jelas, harga tulip di sebuah lelang tiba-tiba anjlok. Berita menyebar dengan cepat dan memicu kepanikan massal. Semua orang serentak menjual, tetapi tidak ada lagi pembeli. Dalam hitungan minggu, harga tulip jatuh lebih dari 90%, membuat banyak spekulan kaya raya menjadi bangkrut dalam semalam.

Baca Juga :  Dari F-35 hingga Airbus: Politik di Balik Industri Pertahanan Transatlantik

Pelajaran dari Sejarah

Meskipun beberapa sejarawan modern berpendapat dampaknya tidak sedramatis cerita yang beredar, Tulip Mania tetap menjadi studi kasus klasik tentang psikologi pasar. Kisah ini menunjukkan bagaimana spekulasi dan keyakinan bahwa harga akan terus naik dapat mendorong harga sebuah aset terlepas sepenuhnya dari nilai intrinsiknya. Dari gelembung dot-com di akhir 90-an hingga kegilaan cryptocurrency di era modern, gema dari Tulip Mania masih terasa hingga hari ini, mengingatkan kita bahwa euforia pasar sering kali berakhir dengan air mata.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA
Gubernur DKI Luncurkan Try Out KJP, Siswa Kurang Mampu Siap Masuk Kampus
Ratusan Pengusaha Rental Mobil Banjiri HUT ke-8 BRN, UNGU Siap Guncang Panggung
BMKG Ingatkan Siaga Cuaca Ekstrem pada 21–27 Oktober 2025, Hujan Lebat Ancam Indonesia
KPK Sita Hyundai Palisade Milik Rekan Tersangka Korupsi CSR BI dan OJK
Ribuan WNI Dijebak Penipuan Online, Ada yang Jadi Scammer Sadis di Luar Negeri
Jakarta Diguyur Hujan Ringan Sepanjang Hari, BMKG Imbau Warga Waspada
Warga Bekasi Temukan Diduga Kerangka Bayi Terkubur di Bawah Timbunan Asbes

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 11:07 WIB

Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA

Selasa, 21 Oktober 2025 - 10:48 WIB

Gubernur DKI Luncurkan Try Out KJP, Siswa Kurang Mampu Siap Masuk Kampus

Selasa, 21 Oktober 2025 - 10:19 WIB

Ratusan Pengusaha Rental Mobil Banjiri HUT ke-8 BRN, UNGU Siap Guncang Panggung

Selasa, 21 Oktober 2025 - 08:17 WIB

BMKG Ingatkan Siaga Cuaca Ekstrem pada 21–27 Oktober 2025, Hujan Lebat Ancam Indonesia

Selasa, 21 Oktober 2025 - 07:58 WIB

KPK Sita Hyundai Palisade Milik Rekan Tersangka Korupsi CSR BI dan OJK

Berita Terbaru

Menteri Agama Nasaruddin Umar memberi keterangan pers terkait pencairan dana BOS Madrasah dan BOP RA senilai Rp4,01 triliun di Jakarta. Dok: Kemenag

NASIONAL

Kemenag Cairkan Rp4,01 Triliun Dana BOS Madrasah dan BOP RA

Selasa, 21 Okt 2025 - 11:07 WIB