Jebakan Globalisasi: Siapa Pemenang & Pecundang Perdagangan Bebas?

Jumat, 7 November 2025 - 20:24 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Globalisasi menjanjikan barang murah untuk semua. Tapi di baliknya, ada pabrik yang tutup di negara maju dan buruh yang marah—bahan bakar kebangkitan politisi populis. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Globalisasi menjanjikan barang murah untuk semua. Tapi di baliknya, ada pabrik yang tutup di negara maju dan buruh yang marah—bahan bakar kebangkitan politisi populis. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Selama puluhan tahun, teori perdagangan bebas adalah janji manis yang para ekonom gaungkan di panggung dunia. Teorinya sederhana dan elegan: jika setiap negara fokus pada apa yang terbaik yang bisa mereka produksi (spesialisasi) dan saling berdagang, maka semua negara akan untung.

Konsumen akan mendapatkan barang yang lebih murah, dan efisiensi global akan meningkat.

Globalisasi, yang perdagangan bebas ini dorong, telah mengubah dunia. Namun, janji manis itu ternyata memiliki realitas yang pahit. Globalisasi tidak menciptakan “semua pemenang”. Sebaliknya, ia secara brutal memisahkan “pemenang” dan “pecundang”, tidak hanya antar negara, tetapi di dalam negeri masing-masing.

Konsumen dan Korporasi

Tidak diragukan lagi, ada pemenang besar dari globalisasi.

  1. Konsumen Global: Kita semua adalah pemenangnya. Kita menikmati smartphone canggih, pakaian fast fashion, dan peralatan elektronik dengan harga yang jauh lebih murah daripada jika pabrik harus memproduksinya di dalam negeri.
  2. Korporasi Multinasional (MNC): Mereka adalah pemenang terbesarnya. Globalisasi memungkinkan mereka memindahkan pabrik (outsourcing) ke negara-negara dengan upah buruh murah (seperti Tiongkok, Vietnam, atau Bangladesh). Mereka memproduksi barang dengan biaya sangat rendah dan menjualnya di pasar negara maju dengan margin keuntungan yang sangat tinggi.
Baca Juga :  Kesenjangan Digital: Siapa yang Tertinggal di Era 5G?

Buruh dan Industri Lokal

Namun, efisiensi ini harus kelompok lain bayar mahal, yang seringkali suaranya tidak terdengar.

  1. Buruh di Negara Maju: Jutaan buruh pabrik di Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa menjadi pecundang terbesar. Seluruh kota industri (seperti “Rust Belt” di AS) hancur karena pabrik-pabrik tempat mereka bekerja selama puluhan tahun tutup dan pindah ke Asia. Mereka mengalami PHK massal dan keterampilan mereka tiba-tiba tidak lagi relevan.
  2. Industri Lokal di Negara Berkembang: Di sisi lain, industri lokal di negara berkembang (misalnya, produsen tekstil atau petani) seringkali tidak siap dan “kalah saing”. Barang-barang impor murah menghantam mereka dan membanjiri pasar domestik, membuat mereka gulung tikar.
Baca Juga :  Ancaman Globalisasi: Saat Burger Menggusur Resep Nenek

Kebangkitan Proteksionisme

Selama bertahun-tahun, elit politik di ibu kota mengabaikan keluhan para “pecundang” globalisasi ini, yang sibuk menikmati keuntungan perdagangan bebas. Kemarahan yang terpendam ini akhirnya meledak menjadi kekuatan politik baru.

Kebangkitan politisi populis seperti Donald Trump di AS (dengan slogan “America First”) atau gerakan Brexit di Inggris, adalah bukti nyata dari dampak ini.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para politisi ini berhasil merebut kekuasaan dengan memanfaatkan kemarahan para buruh pabrik yang merasa sistem telah meninggalkan dan mengkhianati mereka. Mereka datang dengan janji proteksionisme: menaikkan tarif, “membawa pulang” pabrik, dan menyalahkan negara lain (seperti Tiongkok atau Meksiko) atas hilangnya pekerjaan.

Globalisasi telah membuktikan bahwa mengabaikan “pecundang” di dalam negeri demi efisiensi ekonomi adalah resep jitu untuk memicu ketidakstabilan politik.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7
Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi
Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 19:26 WIB

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 November 2025 - 19:15 WIB

Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Berita Terbaru

Ilustrasi, LeBron James dan CR7 masih mendominasi di usia 40-an. Rahasianya bukan hanya latihan keras, tapi sains pemulihan (recovery) yang ekstrem. Dok: Istimewa.

SPORT

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:26 WIB