JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Ada sebuah paradoks yang membingungkan dalam ekonomi global. Mengapa negara-negara yang dilimpahi kekayaan alam paling berharga—seperti minyak, gas, atau berlian—justru sering terperosok dalam kemiskinan, korupsi, dan konflik?
Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, namun mengalami hiperinflasi dan krisis kemanusiaan. Nigeria adalah raksasa minyak Afrika, namun sebagian besar rakyatnya hidup di bawah garis kemiskinan.
Ini bukan kebetulan. Para ahli ekonomi-politik mengenal fenomena ini sebagai “Kutukan Sumber Daya” (Resource Curse).
Penyakit Belanda
Salah satu penjelasan ekonomi utama adalah “Penyakit Belanda” (Dutch Disease). Istilah ini muncul pada 1960-an ketika Belanda menemukan cadangan gas alam yang sangat besar. Anehnya, setelah penemuan itu, sektor manufaktur Belanda justru merosot tajam.
Mekanismenya begini: Pendapatan SDA yang melimpah (misalnya dari ekspor minyak) membanjiri negara dengan mata uang asing. Hal ini membuat mata uang lokal menguat secara drastis.
Akibatnya, barang-barang ekspor non-minyak (seperti produk pertanian atau hasil pabrik) menjadi terlalu mahal dan tidak kompetitif di pasar global. Sektor-sektor ini perlahan mati, membuat negara tersebut sangat bergantung pada satu komoditas saja.
Kue Rebutan Elit
Jika “Penyakit Belanda” adalah masalah ekonomi, “Kutukan Sumber Daya” adalah masalah politiknya, dan ini seringkali lebih merusak.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika pemerintah mendapatkan pendapatan utamanya dari “menjual SDA” (seperti konsesi tambang atau minyak) alih-alih dari “pajak rakyat”, hal ini memutus hubungan fundamental antara penguasa dan warga negara.
Pemerintah tidak lagi membutuhkan rakyat untuk mendanai negara. Karena tidak bergantung pada pajak, pemerintah menjadi tidak akuntabel kepada warganya. Para elit politik pun memperebutkan SDA yang menjadi “kue” raksasa. Situasi ini memicu korupsi besar-besaran (dikenal sebagai rent-seeking), kronisme, dan seringkali mengarah pada pemerintahan otoriter yang fokusnya hanya menjaga tambang, bukan menyejahterakan rakyat.
Belajar dari Norwegia
Namun, negara bisa mematahkan kutukan ini. Kekayaan SDA tidak harus berarti bencana, asalkan pemerintah mengelolanya dengan benar. Pengecualian paling terkenal adalah Norwegia.
Saat menemukan minyak di Laut Utara, Norwegia memutuskan untuk tidak menghabiskan uangnya secara langsung. Sebaliknya, mereka membuat “Sovereign Wealth Fund” (dana abadi). Mereka memasukkan semua pendapatan minyak ke dana investasi raksasa ini, yang kini menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Untuk APBN, pemerintah Norwegia hanya boleh menggunakan sebagian kecil dari hasil investasinya (bukan pokoknya). Hasilnya, Norwegia berhasil menghindari “Penyakit Belanda”, mengamankan dana triliunan dolar untuk generasi mendatang, dan tetap menjadi salah satu negara paling akuntabel dan sejahtera di dunia.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















