JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Saat ini, garam adalah bumbu dapur termurah yang bisa kita beli. Kita mungkin mengeluhkannya jika makanan terlalu asin, tetapi jarang sekali kita mensyukurinya. Namun, dalam lipatan sejarah, komoditas sederhana ini pernah lebih berharga daripada emas. Faktanya, kata “gaji” yang kita terima setiap bulan berutang nyawa pada sebongkah garam.
Jika Anda menelusuri asal-usul kata “gaji” dalam bahasa Inggris, salary, Anda akan tiba pada kata Latin salarium. Salarium merujuk pada upah atau tunjangan khusus bagi tentara Romawi kuno. Tujuannya spesifik: untuk membeli sal, atau garam.
Mengapa Garam Begitu Berharga?
Di dunia kuno, sebelum era lemari es, garam adalah teknologi. Garam adalah satu-satunya metode pengawetan makanan yang paling efektif. Tanpa garam, daging dan ikan akan membusuk dalam hitungan hari.
Bagi tentara Romawi yang berbaris melintasi Eropa, garam berarti logistik. Garam adalah cara mereka membawa bekal makanan untuk berbulan-bulan. Mereka juga menggunakan garam untuk membersihkan luka dan menjaga kesehatan ternak. Karena perannya yang sentral dalam pengawetan makanan dan stabilitas militer, garam menjadi komoditas strategis.
Pembangun Peradaban
Nilai garam begitu tinggi sehingga ia memicu perang, membangun kota, dan menciptakan rute perdagangan besar. Orang-orang kuno membangun kota-kota seperti Roma atau Salzburg (yang secara harfiah berarti “Kota Garam”) di atas fondasi perdagangan komoditas ini.
Mengendalikan garam berarti mengendalikan pasokan pangan. Oleh karena itu, salarium bukan sekadar uang saku; itu adalah alokasi untuk komoditas paling vital yang menopang kehidupan dan mesin perang Romawi.
Kesimpulan
Ribuan tahun kemudian, kita masih menggunakan kata salary atau “gaji”, meskipun nilainya telah bergeser dari sebongkah pengawet makanan menjadi angka digital di rekening bank kita. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa hal-hal yang kita anggap remeh hari ini, seperti sejumput garam, pernah menjadi fondasi yang menopang peradaban besar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















