JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Pembangunan gedung pencakar langit yang megah selalu melambangkan kekuatan ekonomi, kemajuan teknologi, dan optimisme sebuah bangsa. Namun, di balik kemegahannya, sejarah mencatat sebuah pola yang meresahkan. Terlalu sering, peresmian gedung tertinggi di dunia justru mendahului datangnya bencana ekonomi.
Orang-orang menyebut fenomena ini “Skyscraper Index” atau Indeks Pencakar Langit. Analis properti Andrew Lawrence pertama kali mengemukakan teori ini pada tahun 1999. Ia mengamati bahwa proyek-proyek pembangunan gedung pemecah rekor sering kali bertepatan dengan puncak gelembung ekonomi yang siap meletus.
Sejarah yang Berulang
Sejarah memperlihatkan pola ini berulang kali:
- Empire State Building (1931): Penyelesaian gedung ikonik ini di New York terjadi tepat saat Amerika Serikat terperosok dalam Depresi Hebat.
- World Trade Center (1973): Peresmian menara kembar ini mendahului krisis minyak global dan kejatuhan pasar saham.
- Petronas Towers (1997): Malaysia menyelesaikan pembangunan menara kembar ini menjelang Krisis Finansial Asia yang mengguncang kawasan.
- Burj Khalifa (2010): Dubai meresmikan gedung tertinggi di dunia saat ini di tengah krisis utang global yang dipicu oleh krisis finansial 2008.
Bukan Kutukan, Tapi Gejala Ekonomi
Tentu saja, gedung-gedung ini tidak menyebabkan resesi. Sebaliknya, pembangunannya adalah gejala dari kondisi ekonomi yang mendasarinya. Menurut teori ini, proyek sebesar itu hanya bisa terwujud saat kondisi ekonomi berada di puncaknya. Pada masa ini, kredit sangat murah, investor terlalu percaya diri, dan perusahaan menggelontorkan dana secara berlebihan untuk proyek-proyek spekulatif.
Penyelesaian gedung tersebut sering kali menandai akhir dari era “uang mudah”. Saat gedung itu akhirnya berdiri, kondisi ekonomi sudah berubah. Tingkat suku bunga mulai naik dan investasi yang tadinya terlihat menjanjikan kini menjadi beban. Gedung pencakar langit itu berdiri sebagai monumen dari optimisme berlebihan yang akhirnya harus dibayar mahal.
Simbol dari Puncak Kesombongan
Pada akhirnya, Skyscraper Index menjadi pengingat yang kuat tentang sifat siklus ekonomi. Pembangunan gedung tertinggi di dunia adalah manifestasi fisik dari puncak kesombongan pasar (market hubris). Ketika ambisi manusia mencapai langit, sering kali itu pertanda bahwa fondasi ekonomi di bawahnya sudah mulai rapuh. Gedung itu mungkin tidak meramalkan masa depan, tetapi ia berdiri sebagai saksi bisu dari kesalahan masa lalu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia