JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Di era di mana kamu bisa mengambil ribuan foto dengan sekali klik dan musik tak terbatas ada di ujung jari, sebuah fenomena unik terjadi. Generasi Z, generasi yang lahir dan besar di tengah ledakan digital, justru berbondong-bondong kembali ke masa lalu. Mereka menenteng kamera analog, memutar kaset pita dengan walkman, dan mengadopsi estetika jadul dalam gaya berpakaian dan desain.
Kebangkitan nostalgia ini ternyata lebih dari sekadar tren fesyen; ini adalah sebuah gerakan budaya yang kompleks. Pertanyaannya, mengapa generasi paling digital ini begitu terobsesi dengan teknologi analog yang tidak praktis? Apakah ini sebuah pencarian mendalam akan sesuatu yang otentik, atau sekadar estetika sesaat yang akan pudar?
Kerinduan akan Sesuatu yang ‘Nyata’
Dunia digital memang menawarkan kesempurnaan dan kecepatan. Kamu bisa mengedit setiap foto hingga tanpa cela dan mengakses setiap informasi dalam sekejap. Namun, di balik kemudahan itu, sering kali ada rasa hampa. Sebaliknya, teknologi analog menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki dunia digital: keaslian.
- Kamera Analog dan Proses yang Disengaja: Menggunakan kamera film membutuhkan kesabaran. Setiap rol film terbatas, sehingga memaksa fotografer untuk berpikir sebelum memotret. Hasilnya pun penuh kejutan—foto yang tidak sempurna, penuh grain, dan memiliki karakter unik. Oleh karena itu, proses ini terasa lebih nyata dan berharga dibandingkan ribuan foto digital yang tersimpan di awan.
- Kaset Pita dan Pengalaman Mendengarkan: Selain itu, mendengarkan musik melalui kaset pita adalah sebuah ritual. Kamu harus memutar satu album penuh, tidak bisa seenaknya melompati lagu. Suara desisan khasnya memberikan kehangatan yang tidak dimiliki audio digital yang jernih dan steril.
Perlawanan Terhadap Kelelahan Digital
Obsesi terhadap barang retro juga bisa kita lihat sebagai bentuk perlawanan terhadap kelelahan digital. Karena tumbuhombardir konten media sosial, Gen Z merasakan tekanan untuk selalu tampil sempurna dan terhubung.
Teknologi analog menawarkan kemudianjeda dari semua itu. Ia tidak terhubung ke internet, tidak memiliki notifikasi, dan tidak menuntut perhatian terus-menerus. Mengambil f Akibatnya, mengambil kamera film atau mendengarkan kaset adalah aktivitas yang memaksa kita untuk hadir sepenuhnya di momen tersebut, sebuah bentuk mindfulness yang langka di dunia modern.
Otentik atau Sekadar Estetika?
Lalu, apakah ini semua tentang pencarian makna yang dalam? Jawabannya adalah ya dan tidak.
Bagi sebagian orang, kembali ke teknologi analog adalah pencarian tulus akan pengalaman yang lebih otentik dan manusiawi. Namun, tidak bisa di sisi lain,dipungkiri bahwa bagi banyak orang lainnya, ini adalah soal estetika. Tampilan foto film yang pudar, font retro, dan desain vintage telah menjadi bahasa visual yang populer di platform seperti Instagram dan TikTok.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sering kali, kedua hal ini tumpang tindih. Seseorang mungkin awalnya tertarik karena estetikanya, tetapi kemudian jatuh cinta pada prosesnya yang lebih otentik.
Kebangkitan nostalgia Gen Z bukanlah penolakan terhadap kemajuan. Sebaliknya, ini adalah cara mereka untuk menyeimbangkan hidup. Dengan meminjam elemen-elemen terbaik dari masa lalu, mereka mencoba menemukan kembali sentuhan manusiawi di tengah dunia yang semakin otomatis dan virtual.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia