PM Baru Jepang Picu Badai Diplomatik, Samakan Taiwan dengan Ancaman Kelangsungan Hidup

Minggu, 16 November 2025 - 16:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto, Belum sebulan menjabat, PM Jepang Sanae Takaichi memicu kemarahan regional. Ia menyiratkan Jepang dapat terlibat militer jika terjadi

Foto, Belum sebulan menjabat, PM Jepang Sanae Takaichi memicu kemarahan regional. Ia menyiratkan Jepang dapat terlibat militer jika terjadi "kontingensi Taiwan". Dok: Istimewa.

TOKYO, POSNEWS.CO.ID – Perdana Menteri baru Jepang, Sanae Takaichi, yang baru menjabat kurang dari sebulan, telah menjerumuskan diplomasi regional Jepang ke dalam kekacauan. Tindakan-tindakannya dinilai telah membuka kembali luka lama di Asia dan memicu kekhawatiran atas agenda politiknya yang berbahaya.

Provokasi terbarunya—menghubungkan wilayah Taiwan di China dengan “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” Jepang—telah menimbulkan pertanyaan besar tentang ke mana ia berniat membawa arah kebijakan Jepang.

Kebangkitan Fiksi Hukum Era Abe

Istilah “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” sebenarnya bukan hal baru. Mantan PM Shinzo Abe, mentor politik Takaichi, memperkenalkan istilah ini satu dekade lalu. Abe memaksakan paket reformasi keamanan yang kontroversial untuk mengakali konstitusi pasifis Jepang pasca-perang.

Dalam kerangka kerja Abe, istilah yang sengaja dibuat samar itu menciptakan “celah naratif”. Celah ini memungkinkan Jepang menggunakan hak bela diri kolektif—atau terlibat militer—bahkan ketika Jepang tidak diserang secara langsung. Hingga kini, sebagian besar ahli hukum tata negara Jepang masih menganggap reinterpretasi itu inkonstitusional.

Sekarang, Takaichi telah membawa narasi itu ke tempat yang lebih ekstrem. Selama sesi parlemen (Diet) pada 7 November, ia menyiratkan bahwa “kontingensi Taiwan” dapat memicu “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” Jepang.

Baca Juga :  Driver Ojol Dikeroyok di Tanah Merah, Gegara Salah Titik Antar Wajah Babak Belur

Bagi para analis, klaimnya tidak hanya cacat secara hukum, tetapi juga absurd secara historis. Mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang, Magosaki Ukeru, mencatat blak-blakan bahwa Taiwan adalah bagian dari China; bagaimana mungkin hal ini menjadi “ancaman kelangsungan hidup” bagi Jepang?

Bahkan, analis memperingatkan bahaya dari pola ini. Setiap tindakan ekspansi militeristik Jepang di awal abad ke-20 selalu menggunakan retorika serupa. Misalnya, Insiden 18 September 1931 yang direkayasa dan Insiden Jembatan Lugou 1937. Narasi-narasi itu membuka jalan bagi invasi Jepang, menyebabkan penderitaan tak terukur di Asia. Oleh karena itu, tindakan Takaichi menggunakan buku pedoman linguistik yang sama menjadi “bendera merah” yang tidak bisa diabaikan.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pola Revisionisme Sejarah

Komentar provokatif Takaichi soal Taiwan bukanlah insiden tunggal. Sebaliknya, ini adalah bagian dari pola konsisten ideologi revisionis dan konfrontatif terhadap China.

  1. Pelanggaran Prinsip Satu-China: Hanya beberapa hari setelah menjabat, ia mengunggah foto pertemuan dengan personel dari otoritas Taiwan di sela-sela KTT APEC. Tindakan ini melanggar komitmen Jepang sendiri pada prinsip Satu-China dan memicu protes keras dari Beijing.
  2. Menghormati Separatis: Pada 3 November, pemerintahannya memberikan penghargaan negara (Order of the Rising Sun) kepada Hsieh Chang-ting, seorang yang dikenal sebagai separatis Taiwan.
  3. Revisionisme Perang: Rekam jejak politiknya penuh dengan posisi serupa. Ia telah mempertanyakan Pernyataan Murayama 1995 (permintaan maaf atas kekejaman perang Jepang). Ia juga menyangkal Pembantaian Nanjing. Selain itu, ia telah mengunjungi Kuil Yasukuni—yang mengabadikan 14 penjahat perang Kelas-A—sebanyak 11 kali dalam 12 tahun.
Baca Juga :  Polres Metro Jakarta Pusat Tetapkan 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Suporter di GBK

Agenda Militeristik: Mengincar Tiga Prinsip Non-Nuklir

Mungkin, dimensi yang paling mengkhawatirkan dari retorika Takaichi adalah pergeseran kebijakan yang sedang ia rancang.

Secara agresif, ia telah mendorong kenaikan anggaran pertahanan, pelonggaran larangan ekspor senjata, dan perluasan kemampuan militer ofensif Jepang.

Bahkan, menurut Kyodo News, Takaichi sedang menjelajahi kemungkinan revisi Tiga Prinsip Non-Nuklir Jepang: tidak memiliki, tidak memproduksi, dan tidak mengizinkan senjata nuklir masuk ke wilayah Jepang.

Jika berubah, langkah ini akan membuka pintu bagi aset nuklir AS untuk ditempatkan di tanah Jepang. Tentu saja, ini adalah penyimpangan seismik dari kebijakan pasca-perang yang telah Jepang pegang selama puluhan tahun dan pasti akan menarik reaksi keras domestik dan internasional.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh
Kampung Tanah Harapan Diresmikan di Jakut, Pemprov DKI Janji Perbaiki Fasilitas Warga
Di Balik Medali Emas: Krisis Kesehatan Mental Atlet Elite

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Selasa, 18 November 2025 - 15:53 WIB

Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion

Selasa, 18 November 2025 - 15:35 WIB

Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi

Berita Terbaru