JAKARTA, POSNEWS — Selama lebih dari tiga puluh tahun, rantai pasok global beroperasi di bawah satu kredo utama: Just-in-Time (JIT). Toyota mempelopori model ini, yang bertujuan memaksimalkan efisiensi biaya dengan meminimalkan stok.
Dalam sistem ini, komponen tiba di pabrik tepat pada saat dibutuhkan, mengurangi biaya penyimpanan dan modal yang terikat. Seluruh ekonomi global mengoptimalkan diri untuk kecepatan dan penghematan biaya. Namun, model yang sangat efisien ini ternyata juga sangat rapuh.
Titik Balik Kerapuhan
Serangkaian guncangan global dalam beberapa tahun terakhir telah mengekspos kelemahan fundamental dari model Just-in-Time. Pandemi COVID-19 menjadi pukulan pertama yang melumpuhkan pabrik-pabrik di Asia dan mengacaukan pelabuhan di seluruh dunia.
Seolah belum cukup, blokade Terusan Suez oleh kapal Ever Given dan berbagai peristiwa cuaca ekstrem semakin menunjukkan betapa mudahnya satu titik kegagalan merusak seluruh jaringan. Kekurangan cip semikonduktor yang melanda industri otomotif adalah bukti nyata dari kerapuhan ini.
Model Baru: Just-in-Case
Akibatnya, dewan direksi di seluruh dunia kini mengadopsi mantra baru: Just-in-Case (JIC). Prioritas telah bergeser secara dramatis. Fokusnya bukan lagi murni efisiensi biaya, melainkan ketahanan (resilience).
Perusahaan kini bersedia mengorbankan sedikit efisiensi untuk memastikan mereka dapat bertahan dari guncangan di masa depan. Model Just-in-Case menerima bahwa gangguan adalah keniscayaan, bukan sekadar kemungkinan.
Strategi Ketahanan
Pergeseran ke Just-in-Case ini memicu tiga strategi utama dalam desain rantai pasok baru.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertama, diversifikasi pemasok. Perusahaan tidak lagi mau bergantung pada satu negara atau satu pemasok tunggal, tidak peduli seberapa murahnya. Kedua, peningkatan inventaris. Perusahaan mulai menyimpan lebih banyak stok pengaman (buffer stock) untuk barang-barang kritis, sesuatu yang model JIT hindari.
Ketiga, regionalisasi. Alih-alih mencari sumber dari belahan dunia terjauh, perusahaan kini membangun rantai pasok yang lebih pendek dan lebih dekat ke pasar utama mereka, mengurangi risiko keterlambatan pengiriman dan geopolitik.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















