Sistem yang Pincang: Si Kaya Makin Kaya

Selasa, 28 Oktober 2025 - 05:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Mengapa negara kaya sumber daya tetap miskin? Teori Dependensi mengungkap bagaimana sistem global dirancang untuk menguntungkan si kaya. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Mengapa negara kaya sumber daya tetap miskin? Teori Dependensi mengungkap bagaimana sistem global dirancang untuk menguntungkan si kaya. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Sebuah paradoks besar mendefinisikan ekonomi global kita: negara-negara di Global South (Kawasan Selatan/berkembang), yang seringkali kaya akan sumber daya alam seperti kopi, kakao, dan mineral, justru terjebak dalam kemiskinan. Di sisi lain, negara-negara di Global North (Kawasan Utara/maju), yang sumber dayanya terbatas, terus mendominasi kekayaan dunia.

Mengapa ini terjadi? Apakah ini sekadar “ketertinggalan” pembangunan? Menurut para pemikir aliran Marxisme dan Teori Dependensi (Ketergantungan), ini bukanlah kecelakaan. Sebaliknya, ini adalah sebuah desain.

Konsep Teori: Struktur Core vs Periphery

Teori Dependensi berargumen bahwa tatanan ekonomi global tidaklah adil. Teori ini tidak membagi dunia menjadi negara “maju” dan “tertinggal”, melainkan membaginya menjadi dua kelompok struktural:

  1. Core (Negara Inti): Ini adalah negara-negara industri maju (AS, Eropa Barat, Jepang). Mereka memiliki teknologi tinggi, modal besar, dan kekuatan militer.
  2. Periphery (Negara Pinggiran): Ini adalah negara-negara berkembang (sebagian besar Asia, Afrika, Amerika Latin). Mereka adalah penyuplai bahan mentah murah dan tenaga kerja murah.
Baca Juga :  Mitos Kerja Keras Pangkal Kaya

Hubungan keduanya bersifat eksploitatif. Negara Core secara aktif menjaga negara Periphery tetap bergantung padanya untuk bisa terus mengekstraksi kekayaan. Kemajuan negara Core terjadi berkat keterbelakangan negara Periphery.

Rantai Pasok yang Timpang

Kita bisa melihat bukti teori ini dalam secangkir kopi. Petani kakao atau kopi di negara Periphery hanya menerima sebagian kecil dari harga akhir produk. Sistem membayar mereka dengan murah untuk bahan mentah.

Negara Periphery kemudian mengirim bahan itu ke negara Core. Brand multinasional mengolahnya dengan teknologi canggih, memberinya merek, dan menjualnya kembali ke seluruh dunia (termasuk ke negara Periphery) dengan harga berkali-kali lipat. Keuntungan terbesar mengalir bukan ke petani, melainkan ke korporasi di negara Core.

Selain itu, banyak pihak menuduh lembaga keuangan global seperti IMF dan Bank Dunia (yang didominasi negara Core) sering memperparah kondisi ini. Mereka memberikan pinjaman kepada negara berkembang dengan syarat-syarat ketat (reformasi struktural) yang seringkali memaksa negara tersebut untuk lebih membuka pasarnya bagi korporasi asing, sehingga memperkuat cengkeraman eksploitasi.

Kesimpulan

Bagi kaum Marxis dan penganut Teori Dependensi, kesenjangan global bukanlah kegagalan sistem; itu adalah keberhasilan dari sistem kapitalisme global yang memang dirancang untuk bekerja seperti itu. Sistem ini menciptakan kemakmuran di satu sisi dengan mengorbankan sisi lainnya. Selama manusia tidak mengubah struktur Core-Periphery ini, si kaya akan terus menjadi kaya, dan si miskin akan terus menjadi miskin.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Wacana PPPK Jadi PNS Mencuat Lagi, DPR: Belum Masuk Pembahasan Resmi UU ASN
Bekasi Tetapkan Status Siaga Darurat Banjir Hingga April 2026, Warga Diminta Waspada
Banjir Kepung Jakarta Selatan, 27 RT Terendam, Air Capai 110 Cm
Pohon Rengas Tumbang di Dharmawangsa, 5 Mobil Ringsek – 2 Warga Luka
Mayat Pria di Siak Dikubur Berterpal, Polisi Ungkap Luka Sadis di Kepala dan Leher
BNN Luncurkan “Jaga Jakarta Tanpa Narkoba”, Tangkal Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Harvey Moeis Resmi Masuk Lapas Cibinong, Eksekusi Vonis 20 Tahun Penjara Kasus Timah
Sulap Baju Lama, Sebuah Fenomena Upcycling

Berita Terkait

Kamis, 30 Oktober 2025 - 21:26 WIB

Wacana PPPK Jadi PNS Mencuat Lagi, DPR: Belum Masuk Pembahasan Resmi UU ASN

Kamis, 30 Oktober 2025 - 21:03 WIB

Bekasi Tetapkan Status Siaga Darurat Banjir Hingga April 2026, Warga Diminta Waspada

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:56 WIB

Banjir Kepung Jakarta Selatan, 27 RT Terendam, Air Capai 110 Cm

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:28 WIB

Pohon Rengas Tumbang di Dharmawangsa, 5 Mobil Ringsek – 2 Warga Luka

Kamis, 30 Oktober 2025 - 19:03 WIB

Mayat Pria di Siak Dikubur Berterpal, Polisi Ungkap Luka Sadis di Kepala dan Leher

Berita Terbaru

Banjir besar melanda Jakarta Selatan, 27 RT terendam hingga 110 cm usai hujan deras. BPBD kerahkan petugas, warga diminta waspada potensi banjir susulan. (BPBD)

JABODETABEK

Banjir Kepung Jakarta Selatan, 27 RT Terendam, Air Capai 110 Cm

Kamis, 30 Okt 2025 - 19:56 WIB