Mitos Kerja Keras Pangkal Kaya

Kamis, 23 Oktober 2025 - 08:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Teori Karl Marx mengungkap mitos 'kerja keras' sebagai ideologi kelas dominan untuk menutupi ketimpangan struktural. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Teori Karl Marx mengungkap mitos 'kerja keras' sebagai ideologi kelas dominan untuk menutupi ketimpangan struktural. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Kita hidup dalam gema narasi “meritokrasi”. Media dan motivator terus menggaungkan ide “siapa pun bisa sukses jika bekerja keras”. Namun, pada kenyataannya, data menunjukkan ketimpangan sosial justru semakin lebar.

Mengapa mitos ini terus bertahan meski sering berbenturan dengan realitas? Mengapa orang-orang di lapisan bawah tetap percaya pada janji ini?

Teori di Balik Mitos

Jawabannya mungkin terletak pada teori Karl Marx tentang ideologi. Marx berpendapat bahwa gagasan yang dominan di masyarakat adalah “Ideologi Dominan”. Ini adalah gagasan dari kelas penguasa (borjuis) yang mereka sebarkan. Masyarakat lantas menerima gagasan ini sebagai kebenaran universal yang wajar.

Baca Juga :  Kuburan China Tua Terkuak, Polisi Temukan Kerangka Manusia di Sawah Besar

“Kesadaran Palsu” (False Consciousness) terjadi ketika kelas pekerja (proletar) mengadopsi ideologi ini. Mereka tanpa sadar percaya pada sistem yang sebenarnya merugikan dan menindas mereka.

Mitos Penjaga Ketimpangan

Mitos “kerja keras pangkal kaya” adalah contoh sempurna dari ideologi dominan. Narasi ini membuat ketimpangan terlihat adil dan alami. Logikanya sederhana: Jika Anda kaya, itu karena Anda bekerja keras. Akibatnya, masyarakat menganggap orang miskin itu malas.

Ideologi ini secara sengaja mengabaikan faktor-faktor struktural. Narasi ini menutupi fakta krusial seperti warisan, jaringan elite (koneksi), dan modal awal yang tidak semua orang miliki. Kesuksesan bukan hanya soal usaha individu, tapi soal posisi awal dalam struktur.

Baca Juga :  Pelajaran dari Filsafat Stoa: Menemukan Ketenangan di Tengah Kekacauan

Mengapa Sistem Bertahan

Inilah mengapa perubahan sosial yang radikal sangat sulit terjadi. Sistem yang tidak adil melanggengkan dirinya sendiri, bukan (hanya) melalui paksaan, tetapi melalui ide.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selama kelas pekerja masih memegang “kesadaran palsu” ini, mereka tidak akan pernah menyalahkan struktur yang timpang. Mereka akan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan mereka atau menyalahkan sesama pekerja. Ini adalah kemenangan terbesar dari sebuah ideologi: membuat yang tertindas percaya pada aturan penindasnya.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

BPJS Kesehatan Hapus Tunggakan Peserta Tak Mampu, Berlaku Bagi Pindah Komponen
Demo Pembakaran Mahkota Cendrawasih Ricuh di Papua, 3 Polisi Terluka Kena Panah
Pengunjung Gagal Selundupkan Sabu Lewat Ayam Kecap di Lapas Narkotika Jakarta
Kekuatan Meme dalam Politik
Rasa Nasionalisme dan Satu Bangsa yang Dibayangkan
Pemprov DKI Hadirkan Program CKG, Warga Kini Bisa Periksa Kesehatan Kapan Saja
Pahlawan atau Musuh? Framing Berita Media
Politik di Balik Selera Musik Anda

Berita Terkait

Kamis, 23 Oktober 2025 - 11:37 WIB

BPJS Kesehatan Hapus Tunggakan Peserta Tak Mampu, Berlaku Bagi Pindah Komponen

Kamis, 23 Oktober 2025 - 11:15 WIB

Demo Pembakaran Mahkota Cendrawasih Ricuh di Papua, 3 Polisi Terluka Kena Panah

Kamis, 23 Oktober 2025 - 10:52 WIB

Pengunjung Gagal Selundupkan Sabu Lewat Ayam Kecap di Lapas Narkotika Jakarta

Kamis, 23 Oktober 2025 - 09:10 WIB

Kekuatan Meme dalam Politik

Kamis, 23 Oktober 2025 - 09:04 WIB

Rasa Nasionalisme dan Satu Bangsa yang Dibayangkan

Berita Terbaru

Ilustrasi, Dari meme lucu hingga trending topic, teori Foucault mengungkap bagaimana resistensi politik hadir dalam tindakan digital sehari-hari. Dok: Istimewa.

POLITIK

Kekuatan Meme dalam Politik

Kamis, 23 Okt 2025 - 09:10 WIB

Ilustrasi, Dari Sabang sampai Merauke, mengapa kita merasa bersaudara? Teori Benedict Anderson mengungkap bangsa sebagai konstruksi imajiner. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Rasa Nasionalisme dan Satu Bangsa yang Dibayangkan

Kamis, 23 Okt 2025 - 09:04 WIB