JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Kita hidup dalam gema narasi “meritokrasi”. Media dan motivator terus menggaungkan ide “siapa pun bisa sukses jika bekerja keras”. Namun, pada kenyataannya, data menunjukkan ketimpangan sosial justru semakin lebar.
Mengapa mitos ini terus bertahan meski sering berbenturan dengan realitas? Mengapa orang-orang di lapisan bawah tetap percaya pada janji ini?
Teori di Balik Mitos
Jawabannya mungkin terletak pada teori Karl Marx tentang ideologi. Marx berpendapat bahwa gagasan yang dominan di masyarakat adalah “Ideologi Dominan”. Ini adalah gagasan dari kelas penguasa (borjuis) yang mereka sebarkan. Masyarakat lantas menerima gagasan ini sebagai kebenaran universal yang wajar.
“Kesadaran Palsu” (False Consciousness) terjadi ketika kelas pekerja (proletar) mengadopsi ideologi ini. Mereka tanpa sadar percaya pada sistem yang sebenarnya merugikan dan menindas mereka.
Mitos Penjaga Ketimpangan
Mitos “kerja keras pangkal kaya” adalah contoh sempurna dari ideologi dominan. Narasi ini membuat ketimpangan terlihat adil dan alami. Logikanya sederhana: Jika Anda kaya, itu karena Anda bekerja keras. Akibatnya, masyarakat menganggap orang miskin itu malas.
Ideologi ini secara sengaja mengabaikan faktor-faktor struktural. Narasi ini menutupi fakta krusial seperti warisan, jaringan elite (koneksi), dan modal awal yang tidak semua orang miliki. Kesuksesan bukan hanya soal usaha individu, tapi soal posisi awal dalam struktur.
Mengapa Sistem Bertahan
Inilah mengapa perubahan sosial yang radikal sangat sulit terjadi. Sistem yang tidak adil melanggengkan dirinya sendiri, bukan (hanya) melalui paksaan, tetapi melalui ide.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selama kelas pekerja masih memegang “kesadaran palsu” ini, mereka tidak akan pernah menyalahkan struktur yang timpang. Mereka akan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan mereka atau menyalahkan sesama pekerja. Ini adalah kemenangan terbesar dari sebuah ideologi: membuat yang tertindas percaya pada aturan penindasnya.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia