JAKARTA, POSNEWS.CO.ID โ Pernahkah kamu menutup aplikasi media sosial hanya untuk membukanya lagi beberapa detik kemudian tanpa sadar? Atau merasa cemas saat melihat tumpukan notifikasi setelah bangun tidur? Kamu tidak sendirian. Kelelahan akibat paparan informasi tanpa henti kini menjadi masalah umum, terutama di kalangan anak muda.
Sebagai respons, sebuah gerakan perlawanan sunyi mulai menguat: seni digital detox. Ini adalah keputusan sadar untuk sementara waktu memutus hubungan dari dunia maya. Tujuannya bukan untuk menolak teknologi, melainkan untuk merebut kembali kendali atas perhatian, waktu, dan yang terpenting, kesehatan mental.
Epidemi Kelelahan Informasi
Dunia digital menjanjikan koneksi tanpa batas. Namun, ia juga datang dengan biaya tersembunyi. Bombardir konten, tekanan untuk selalu tampil sempurna, dan perbandingan sosial yang tak ada habisnya menciptakan lingkungan yang subur bagi kecemasan dan depresi.
Setiap guliran di linimasa adalah potensi paparan berita buruk, drama, atau citra kehidupan orang lain yang tampak lebih baik. Akibatnya, otak kita terus-menerus berada dalam mode waspada. Pola tidur terganggu oleh cahaya biru dari layar, dan kemampuan kita untuk fokus pada satu hal terkikis oleh godaan notifikasi yang tak pernah berhenti.
Puasa Digital sebagai Obat
Digital detox adalah cara untuk menekan tombol jeda. Praktiknya bervariasi bagi setiap orang. Ada yang memilih untuk tidak membuka media sosial sama sekali selama akhir pekan. Ada pula yang menghapus aplikasi tertentu dari ponsel mereka selama sebulan penuh, atau sekadar menetapkan aturan ketat untuk tidak menyentuh ponsel satu jam sebelum tidur.
Apapun bentuknya, tujuannya sama: menciptakan ruang kosong dari kebisingan digital. Ruang ini memungkinkan pikiran untuk beristirahat, memulihkan diri, dan mengisi ulang energi yang terkuras oleh stimulasi berlebihan.
Menemukan Kembali Dunia Nyata
Manfaat dari puasa digital ini sangat nyata dan berdampak langsung pada kualitas hidup.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
- Kecemasan Berkurang: Dengan mengurangi paparan terhadap pemicu stres online, banyak yang melaporkan penurunan tingkat kecemasan secara signifikan. Tekanan untuk membandingkan diri dan tetap up-to-date menghilang, digantikan oleh rasa damai.
- Tidur Lebih Nyenyak: Menjauhkan diri dari layar sebelum tidur membantu otak memproduksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Hasilnya adalah tidur yang lebih dalam dan berkualitas.
- Interaksi yang Lebih Bermakna: Waktu yang sebelumnya dihabiskan untuk scrolling kini bisa dialihkan untuk hal lain. Banyak yang menemukan kembali kegembiraan dari interaksi tatap muka, membaca buku, menekuni hobi, atau sekadar menikmati keheningan tanpa merasa harus mendokumentasikannya.
Pada akhirnya, digital detox adalah pernyataan sikap. Ini adalah pengakuan bahwa nilai diri kita tidak ditentukan oleh jumlah suka atau pengikut. Dengan sesekali memilih untuk offline, anak muda tidak hanya menyelamatkan kesehatan mental mereka, tetapi juga menemukan kembali keindahan dan kekayaan yang hanya bisa ditawarkan oleh dunia nyata.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia