JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Jauh sebelum ada GPS atau kompas, manusia memiliki peta yang terbentang luas di atas kepala mereka setiap malam: langit yang penuh bintang. Bagi peradaban kuno, titik-titik cahaya ini bukan hanya hiasan. Mereka adalah karakter dalam sebuah drama kosmik, pahlawan dan monster dari mitologi yang abadi. Sekaligus, mereka adalah penunjuk arah yang andal, kompas surgawi yang memandu para pelaut melintasi lautan luas dan para pengembara melintasi gurun yang sunyi.
Menatap langit malam adalah sebuah perjalanan waktu. Kita melihat cahaya bintang yang telah melakukan perjalanan ribuan tahun untuk mencapai mata kita. Di saat yang sama, kita terhubung dengan nenek moyang kita yang melihat pola yang sama dan menenunnya menjadi cerita-cerita yang kaya akan makna. Mari kita kenali beberapa aktor utama dalam teater langit malam ini.
Orion, Sang Pemburu Perkasa
Salah satu rasi bintang paling mudah dikenali adalah Orion. Tiga bintang terang yang berjajar rapi membentuk “Sabuk Orion”, sebuah penanda yang mustahil untuk dilewatkan. Dalam mitologi Yunani, Orion adalah seorang pemburu raksasa yang sombong. Ia membual bahwa ia bisa memburu semua binatang di Bumi. Dewi Bumi, Gaia, yang marah atas kesombongannya, mengirim seekor kalajengking raksasa, Scorpius, untuk membunuhnya. Zeus menempatkan keduanya di langit sebagai rasi bintang, namun di posisi yang berlawanan. Orion terbenam di barat saat Scorpius terbit di timur, membuat mereka tidak akan pernah bertemu lagi di langit.
Secara praktis, para pelaut kuno menggunakan sabuk Orion sebagai penunjuk arah. Garis imajiner yang ditarik melalui sabuk ini akan menunjuk ke arah bintang Sirius, bintang paling terang di langit malam, dan ke arah rasi bintang Taurus.
Ursa Major, Kisah Tragis Sang Beruang Besar
Di belahan bumi utara, formasi tujuh bintang terang yang kita kenal sebagai Biduk atau Big Dipper adalah bagian dari rasi bintang yang lebih besar, Ursa Major (Beruang Besar). Mitosnya menceritakan tentang Callisto, seorang pengikut Dewi Artemis yang sangat cantik. Zeus jatuh cinta padanya dan dari hubungan mereka lahirlah seorang putra, Arcas. Hera, istri Zeus yang pencemburu, mengubah Callisto menjadi seekor beruang sebagai hukuman. Bertahun-tahun kemudian, Arcas yang telah dewasa bertemu dengan beruang itu saat berburu. Tepat sebelum Arcas membunuh ibunya sendiri tanpa sadar, Zeus turun tangan dan menempatkan keduanya di langit sebagai Ursa Major dan Ursa Minor (Beruang Kecil).
Bagi para navigator, Ursa Major sangat vital. Dua bintang di ujung “mangkuk” Biduk akan menunjuk lurus ke arah Polaris, Bintang Utara. Polaris hampir tidak bergerak dari posisinya, menjadikannya patokan sempurna untuk menentukan arah utara.
Crux, Salib Penunjuk Arah Selatan
Bagi mereka yang berada di belahan bumi selatan, Crux atau Salib Selatan adalah penunjuk arah yang paling penting. Tidak seperti utara yang memiliki Polaris, tidak ada bintang terang yang menandai kutub selatan langit. Rasi bintang kecil namun sangat terang ini terdiri dari empat bintang utama yang membentuk pola salib. Para pelaut, termasuk para penjelajah Eropa pertama yang berlayar ke selatan, mengandalkan Crux untuk navigasi. Dengan menarik garis imajiner melalui sumbu panjang salib, mereka dapat memperkirakan lokasi kutub selatan langit dan dengan demikian menentukan arah selatan dengan akurat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Malam ini, cobalah untuk meluangkan waktu sejenak dan menatap ke atas. Langit bukan hanya ruang hampa yang gelap. Ia adalah museum, buku cerita, dan buku panduan navigasi yang telah melayani umat manusia selama ribuan tahun. Setiap bintang memiliki cerita, dan setiap cerita adalah bagian dari perjalanan kita.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia