JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Ketika tim nasional sepak bola memenangkan pertandingan, jutaan orang di berbagai pulau yang berbeda, yang tidak pernah bertemu muka, merasakan kebanggaan kolektif yang sama. Mereka merasa sebagai bagian dari satu bangsa.
Bagaimana ini mungkin? Mengapa kita merasa memiliki ikatan batin yang kuat dengan jutaan orang asing hanya karena kita berbagi batas wilayah administratif yang sama?
Teori di Balik Rasa Persatuan
Ilmuwan politik Benedict Anderson memberikan jawaban yang kuat melalui teorinya. Ia berpendapat bahwa bangsa bukanlah sesuatu yang alami, abadi, atau primordial. Sebaliknya, bangsa adalah sebuah komunitas yang dibayangkan atau imagined community.
Penyebutan dibayangkan bukan berarti palsu. Ini berarti bahwa anggota bangsa terkecil sekalipun tidak akan pernah mengenal, bertemu, atau bahkan mendengar tentang sebagian besar anggota lainnya. Namun, di dalam benak masing-masing dari mereka hiduplah bayangan tentang kebersamaan mereka sebagai satu komunitas.
Mesin Pencipta Bangsa
Menurut Anderson, komunitas imajiner ini tidak muncul begitu saja. Berbagai mesin atau alat membangun komunitas ini secara sosial.
Pertama adalah peran media cetak kapitalis, seperti koran. Ketika orang-orang di berbagai kota membaca berita yang sama, dalam bahasa yang sama, pada waktu yang sama, mereka mulai membayangkan ribuan orang lain melakukan ritual serupa. Ini menciptakan koneksi horizontal yang sebelumnya tidak ada.
Kedua adalah bahasa nasional. Satu bahasa administrasi yang seragam melintasi batas-batas etnis dan dialek, memungkinkan komunikasi dan identitas bersama. Ketiga adalah simbol-simbol pemersatu, seperti bendera, lagu kebangsaan, dan monumen, yang terus-menerus mengingatkan individu akan keanggotaan mereka dalam komunitas yang lebih besar ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ikatan yang Menyatukan dan Memecah
Nasionalisme, sebagai produk dari komunitas imajiner ini, adalah sebuah konstruksi yang sangat kuat. Di satu sisi, ia adalah kekuatan luar biasa untuk kebaikan. Nasionalisme mendorong solidaritas, memungkinkan pengorbanan kolektif, dan membangun jembatan di atas perbedaan suku dan agama.
Namun, di sisi lain, imajinasi ini juga yang mendefinisikan kita versus mereka. Kekuatan yang sama yang bisa menyatukan jutaan orang untuk merdeka juga bisa memecah belah dan memicu perang melawan bangsa lain yang mereka anggap berbeda.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia