JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Selama puluhan tahun, konsep “kerja” identik dengan gedung perkantoran, meja kubikel, dan jam 9-ke-5. Lalu, pandemi datang dan mengubah segalanya. Eksperimen massal Work From Home (WFH) akibat paksaan keadaan kini telah memicu perdebatan besar tentang masa depan kerja.
Eksperimen Massal Global
Pandemi COVID-19 pada dasarnya adalah eksperimen kerja jarak jauh terbesar dalam sejarah. Perusahaan yang paling kaku sekalipun terpaksa beradaptasi dalam semalam. Ruang tamu menjadi kantor, meja makan menjadi ruang rapat. Teknologi seperti Zoom dan Slack, yang sebelumnya hanya alat bantu, tiba-tiba menjadi infrastruktur utama.
Produktif atau Terisolasi?
Setelah euforia awal bekerja dengan celana piyama mereda, realitas WFH mulai terlihat. Debat abadi pun dimulai.
Di satu sisi (Pro), banyak pekerja menemukan kebebasan baru. Mereka menghemat waktu dan stres akibat komuter, mendapatkan fleksibilitas jam kerja, dan merasa bisa lebih fokus tanpa gangguan kantor. Namun, di sisi lain (Kontra), muncul masalah baru. Rasa isolasi sosial, jam kerja yang kabur tanpa batas, dan kelelahan menatap layar (Zoom fatigue) menjadi keluhan umum. Produktivitas mungkin naik untuk tugas individu, tetapi kolaborasi kreatif menurun.
Solusi Jalan Tengah
Kini, setelah pandemi mereda, perusahaan menyadari bahwa kembali ke sistem lama 100% hampir tidak mungkin. Namun, WFH 100% juga terbukti memiliki kelemahan, terutama untuk kolaborasi dan budaya perusahaan.
Oleh karena itu, muncullah solusi jalan tengah: model kerja hibrid. Banyak yang menganggap model ini, biasanya dengan format tiga hari di kantor dan dua hari di rumah, sebagai yang terbaik dari kedua dunia. Karyawan tetap mendapat fleksibilitas, sementara perusahaan tetap menjaga interaksi tatap muka yang penting untuk inovasi.
Definisi Baru Produktivitas
Eksperimen massal ini telah meninggalkan warisan permanen. Definisi “kantor” telah bergeser dari sebuah tempat fisik menjadi sebuah aktivitas yang bisa dilakukan di mana saja.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih penting lagi, perusahaan kini tidak lagi mengukur “produktivitas” dari jam tatap muka di meja, melainkan dari hasil kerja (output). Perusahaan dan pekerja yang berhasil beradaptasi dengan kenyataan baru inilah yang akan memenangkan masa depan dunia kerja.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















