Pelajaran dari Filsafat Stoa: Menemukan Ketenangan di Tengah Kekacauan

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Saat pikiran Anda berlari liar di malam hari, filsafat kuno dari Yunani dan Roma menawarkan jangkar yang kuat untuk menemukan ketenangan. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Saat pikiran Anda berlari liar di malam hari, filsafat kuno dari Yunani dan Roma menawarkan jangkar yang kuat untuk menemukan ketenangan. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Malam seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat, tetapi seringkali justru menjadi arena pertarungan melawan pikiran kita sendiri. Kekhawatiran tentang pekerjaan, hubungan, atau masa depan terasa membesar dua kali lipat dalam keheningan. Namun, ribuan tahun yang lalu, para filsuf seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius telah merumuskan sebuah sistem untuk menghadapi kekacauan ini. Namanya Stoikisme, atau Filsafat Stoa.

Filsafat ini bukanlah tentang menekan emosi atau menjadi pasif. Sebaliknya, Stoa adalah sebuah perangkat mental yang sangat praktis. Ia mengajarkan kita cara memisahkan apa yang bisa kita kendalikan dari apa yang tidak bisa, dan kemudian memfokuskan seluruh energi kita pada yang pertama.

Pilah Mana yang Bisa Anda Kendalikan

Prinsip paling fundamental dalam Stoa adalah “Dichotomy of Control”. Bayangkan Anda cemas karena presentasi penting besok. Anda tidak bisa mengendalikan reaksi audiens, masalah teknis proyektor, atau suasana hati atasan Anda. Namun, Anda sepenuhnya bisa mengendalikan seberapa baik Anda mempersiapkan materi, berapa kali Anda berlatih, dan bagaimana Anda memilih untuk merespons jika terjadi kesalahan. Saat malam tiba dan kecemasan muncul, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah hal yang saya khawatirkan ini ada dalam kendali saya?” Jika tidak, maka mengkhawatirkannya hanya membuang energi. Fokuslah pada persiapan Anda, lalu biarkan sisanya terjadi.

Baca Juga :  Bagaimana Gawai Mengawasi Setiap Gerak-Gerik Kita

Bayangkan Skenario Terburuk (Secara Terkendali)

Para filsuf Stoa melatih sebuah teknik bernama Praemeditatio Malorum, atau premeditasi hal-hal buruk. Ini bukan ajakan untuk menjadi pesimis. Justru sebaliknya, dengan membayangkan skenario terburuk secara rasional—misalnya, “Bagaimana jika presentasi saya gagal total?”—Anda bisa mempersiapkan mental untuk menghadapinya. Anda akan sadar bahwa meskipun hasilnya tidak ideal, Anda akan tetap baik-baik saja. Latihan ini “mencabut taring” dari ketakutan Anda. Kecemasan seringkali berasal dari ketidakpastian yang kabur. Dengan menghadangnya secara langsung, ketakutan itu kehilangan kekuatannya.

Ingatlah bahwa Waktu Anda Terbatas

“Kamu bisa meninggalkan kehidupan sekarang juga. Biarkan itu menentukan apa yang kamu lakukan dan katakan dan pikirkan,” tulis Marcus Aurelius. Para filsuf Stoa sering menggunakan pengingat kematian (Memento Mori) bukan untuk menjadi murung, tetapi untuk mendapatkan perspektif. Saat Anda memikirkan kefanaan hidup, masalah sehari-hari seperti email yang belum dibalas atau komentar tidak menyenangkan dari rekan kerja akan terasa sangat kecil. Refleksi ini mendorong Anda untuk fokus pada apa yang benar-benar penting dan melepaskan hal-hal trivial yang seringkali merampas kedamaian Anda di malam hari.

Baca Juga :  Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Pada akhirnya, Stoa adalah latihan. Ini adalah tentang melatih pikiran setiap hari, terutama di saat-saat hening di penghujung hari, untuk menjadi lebih tangguh, lebih tenang, dan lebih bijaksana. Ia tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tetapi ia menawarkan sebuah benteng batin untuk menghadapi badai apa pun yang datang.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober
Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital
Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status
Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital
Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi
Hujan Petir Diprediksi Guyur Jabodetabek 22 Oktober, Warga Diminta Siaga
Hidup di Dunia Simulasi Instagram: Ketika Citra Lebih Nyata dari Kenyataan
Bagaimana Gawai Mengawasi Setiap Gerak-Gerik Kita

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:33 WIB

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:59 WIB

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:37 WIB

Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:21 WIB

Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:15 WIB

Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi

Berita Terbaru

Ilustrasi, Bagaimana ribuan klik dari orang-orang biasa bisa menciptakan perundungan massal? Sebuah pandangan melalui kacamata teori Banalitas Kejahatan dari Hannah Arendt. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:59 WIB

Ilustrasi, Dari kegembiraan murni menjadi tuntutan pasar, mengapa hobi yang dimonetisasi sering berakhir dengan kelelahan emosional atau burnout? Dok: Istimewa.

POLITIK

Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:21 WIB

Ilustrasi, Dari K-Pop hingga kopi kekinian, mengapa kita serentak menyukai hal yang sama? Artikel ini mengungkap bagaimana kekuatan budaya tak terlihat membentuk selera kita. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:15 WIB