JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Malam seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat, tetapi seringkali justru menjadi arena pertarungan melawan pikiran kita sendiri. Kekhawatiran tentang pekerjaan, hubungan, atau masa depan terasa membesar dua kali lipat dalam keheningan. Namun, ribuan tahun yang lalu, para filsuf seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius telah merumuskan sebuah sistem untuk menghadapi kekacauan ini. Namanya Stoikisme, atau Filsafat Stoa.
Filsafat ini bukanlah tentang menekan emosi atau menjadi pasif. Sebaliknya, Stoa adalah sebuah perangkat mental yang sangat praktis. Ia mengajarkan kita cara memisahkan apa yang bisa kita kendalikan dari apa yang tidak bisa, dan kemudian memfokuskan seluruh energi kita pada yang pertama.
Pilah Mana yang Bisa Anda Kendalikan
Prinsip paling fundamental dalam Stoa adalah “Dichotomy of Control”. Bayangkan Anda cemas karena presentasi penting besok. Anda tidak bisa mengendalikan reaksi audiens, masalah teknis proyektor, atau suasana hati atasan Anda. Namun, Anda sepenuhnya bisa mengendalikan seberapa baik Anda mempersiapkan materi, berapa kali Anda berlatih, dan bagaimana Anda memilih untuk merespons jika terjadi kesalahan. Saat malam tiba dan kecemasan muncul, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah hal yang saya khawatirkan ini ada dalam kendali saya?” Jika tidak, maka mengkhawatirkannya hanya membuang energi. Fokuslah pada persiapan Anda, lalu biarkan sisanya terjadi.
Bayangkan Skenario Terburuk (Secara Terkendali)
Para filsuf Stoa melatih sebuah teknik bernama Praemeditatio Malorum, atau premeditasi hal-hal buruk. Ini bukan ajakan untuk menjadi pesimis. Justru sebaliknya, dengan membayangkan skenario terburuk secara rasional—misalnya, “Bagaimana jika presentasi saya gagal total?”—Anda bisa mempersiapkan mental untuk menghadapinya. Anda akan sadar bahwa meskipun hasilnya tidak ideal, Anda akan tetap baik-baik saja. Latihan ini “mencabut taring” dari ketakutan Anda. Kecemasan seringkali berasal dari ketidakpastian yang kabur. Dengan menghadangnya secara langsung, ketakutan itu kehilangan kekuatannya.
Ingatlah bahwa Waktu Anda Terbatas
“Kamu bisa meninggalkan kehidupan sekarang juga. Biarkan itu menentukan apa yang kamu lakukan dan katakan dan pikirkan,” tulis Marcus Aurelius. Para filsuf Stoa sering menggunakan pengingat kematian (Memento Mori) bukan untuk menjadi murung, tetapi untuk mendapatkan perspektif. Saat Anda memikirkan kefanaan hidup, masalah sehari-hari seperti email yang belum dibalas atau komentar tidak menyenangkan dari rekan kerja akan terasa sangat kecil. Refleksi ini mendorong Anda untuk fokus pada apa yang benar-benar penting dan melepaskan hal-hal trivial yang seringkali merampas kedamaian Anda di malam hari.
Pada akhirnya, Stoa adalah latihan. Ini adalah tentang melatih pikiran setiap hari, terutama di saat-saat hening di penghujung hari, untuk menjadi lebih tangguh, lebih tenang, dan lebih bijaksana. Ia tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tetapi ia menawarkan sebuah benteng batin untuk menghadapi badai apa pun yang datang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia