JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Mulai dari KTT G20 di Bali, Piala Dunia di Qatar, hingga Olimpiade di berbagai belahan dunia, satu hal menjadi jelas: menjadi tuan rumah event internasional adalah sebuah kebanggaan sekaligus pertaruhan besar. Negara-negara rela menginvestasikan dana miliaran dolar dan sumber daya luar biasa hanya untuk mendapatkan hak penyelenggaraan. Pernahkah Anda bertanya, mengapa mereka melakukannya? Jawabannya jauh lebih kompleks dari sekadar gengsi.
Di balik kemegahan panggung dan sorotan kamera global, terdapat jalinan rumit antara tujuan diplomatik, keuntungan ekonomi, dan pembangunan citra jangka panjang.
Panggung Diplomasi dan Suntikan Ekonomi
Menjadi tuan rumah menempatkan sebuah negara di pusat panggung dunia. Para pemimpin negara berkumpul, media internasional meliput, dan mata dunia tertuju pada satu lokasi. Ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan stabilitas politik, kemajuan, dan keramahan. Secara diplomatik, negara penyelenggara dapat memengaruhi agenda global dan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara peserta. Ini adalah panggung soft power paling efektif, di mana pengaruh dibangun melalui daya tarik budaya dan politik, bukan paksaan.
Dari sisi ekonomi, manfaatnya lebih nyata. Arus wisatawan, delegasi, dan jurnalis asing secara langsung menyuntikkan devisa ke sektor perhotelan, transportasi, dan UMKM lokal. Pembangunan infrastruktur—seperti stadion, bandara, dan jalan tol—yang dipercepat untuk event sering kali menjadi warisan jangka panjang yang bermanfaat bagi masyarakat setelah acara selesai.
Cermin dari Kisah Sukses Global
Beberapa contoh menunjukkan betapa strategisnya peran sebagai tuan rumah:
KTT G20 di Bali, Indonesia: Acara ini tidak hanya berhasil memfasilitasi dialog antar pemimpin negara-negara ekonomi terbesar dunia, tetapi juga sukses mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia. Dunia melihat Bali sebagai lokasi yang aman, indah, dan mampu menyelenggarakan acara berskala global, yang dampaknya terasa hingga kini pada sektor pariwisata.
Olimpiade: Kota-kota seperti London (2012) dan Tokyo (2020) menggunakan Olimpiade untuk merevitalisasi area perkotaan dan meningkatkan citra mereka sebagai kota global yang modern dan terorganisir. Warisan infrastruktur dan peningkatan kunjungan turis menjadi buah manis yang mereka petik bertahun-tahun kemudian.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Expo 2020 Dubai: Uni Emirat Arab memanfaatkan pameran dunia ini untuk memosisikan diri sebagai pusat inovasi, teknologi, dan bisnis masa depan. Acara ini secara dramatis mengubah persepsi dunia terhadap Dubai, dari sekadar destinasi mewah menjadi hub ekonomi global yang serius.
Investasi untuk Citra Jangka Panjang
Pada akhirnya, menjadi tuan rumah adalah sebuah investasi pada “merek negara” atau nation branding. Kesuksesan penyelenggaraan mengirimkan pesan kuat kepada dunia: “Kami adalah negara yang kompeten, terbuka untuk bisnis, dan layak dikunjungi.” Citra positif ini akan menarik investasi asing, meningkatkan ekspor, dan tentunya mengundang lebih banyak wisatawan di masa depan.
Oleh karena itu, ketika sebuah negara berlomba-lomba menjadi tuan rumah, mereka tidak sekadar memperebutkan sebuah acara. Mereka sedang memperebutkan sebuah panggung untuk menunjukkan siapa mereka dan akan menjadi apa mereka di masa depan. Inilah panggung diplomasi modern yang sesungguhnya.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia