BEIJING, POSNEWS.CO.ID – Para pemimpin BRICS—Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan—mengumumkan ekspansi besar-besaran. Dunia pun menyaksikan sebuah sinyal yang jelas. Ini bukan lagi sekadar forum ekonomi, melainkan sebuah blok politik dengan ambisi untuk membentuk kembali tatanan global.
Negara-negara kaya energi seperti Arab Saudi, UEA, dan Iran kini telah bergabung. Kekuatan regional seperti Mesir dan Ethiopia juga ikut serta. Akibatnya, BRICS+ kini memposisikan diri sebagai suara utama bagi “Global South”. Agenda mereka jelas: membangun dunia multipolar di mana Washington dan sekutunya tidak lagi mendikte.
Agenda Politik di Balik Ekspansi
Ekspansi keanggotaan BRICS+ memiliki tujuan politik yang jauh melampaui kerja sama ekonomi. Ini adalah upaya strategis untuk menciptakan koalisi yang dapat menandingi pengaruh kelompok G7 yang didominasi Barat.
BRICS+ kini menguasai sebagian besar produksi minyak, populasi, dan PDB global. Karena itu, blok ini memiliki bobot kolektif untuk menuntut reformasi. Mereka menargetkan lembaga global seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia yang dianggap terlalu mencerminkan kepentingan Barat. Blok ini ingin memberikan platform alternatif bagi negara berkembang yang merasa suaranya terabaikan.
Perang Melawan Hegemoni Dolar
Salah satu pilar utama ambisi BRICS+ adalah kampanye de-dolarisasi. Selama beberapa dekade, dolar AS telah menjadi tulang punggung sistem keuangan global. Namun, Washington sering menggunakan sanksi ekonomi sebagai senjata. Hal ini mendorong banyak negara, termasuk anggota BRICS, untuk mencari alternatif.
Upaya de-dolarisasi ini mencakup beberapa inisiatif:
- Perdagangan dalam Mata Uang Lokal: Anggota BRICS+ semakin aktif berdagang bilateral menggunakan mata uang mereka sendiri. Cara ini melewati sistem SWIFT yang berbasis dolar.
- Proposal Mata Uang Bersama: Wacana tentang mata uang cadangan BRICS terus menguat. Meskipun masih tahap awal, ini menjadi tujuan jangka panjang untuk menantang supremasi dolar.
Tujuan utamanya adalah mengurangi kerentanan terhadap tekanan politik dan sanksi AS. Mereka juga ingin menciptakan sistem keuangan global yang lebih adil dan multipolar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Membangun Lembaga Tandingan
Langkah paling konkret adalah pendirian lembaga global tandingan. Contoh utamanya adalah New Development Bank (NDB). Banyak pihak menyebutnya sebagai “Bank Dunia-nya BRICS”.
NDB berdiri pada 2014. Tujuannya adalah menyediakan pembiayaan infrastruktur bagi negara berkembang. Pinjaman dari NDB tidak memiliki syarat politik seperti yang sering menyertai pinjaman dari IMF atau Bank Dunia. Dengan modal besar dan keanggotaan yang terus bertambah, NDB adalah simbol nyata kemampuan BRICS+ untuk menciptakan institusi tandingan.
Tantangan Internal dan Masa Depan
Meskipun ambisinya besar, jalan BRICS+ tidaklah mulus. Blok ini menghadapi tantangan internal yang signifikan. Ada perbedaan politik yang tajam antar anggotanya,erdapat perbedaan politik yananggotanya, seperti persaingan strategis antara India dan Tiongkok. Selain itu, kesenjangan ekonomi antara raksasa seperti Tiongkok dan anggota lainnya juga menciptakan dinamika yang kompleks.
Namun, terlepas dari rintangan ini, arah pergerakannya sudah jelas. BRICS+ tidak dunia. Mereka sedang aktif membangun fondasi untuk sebuah era baru, di mana kekuatan tidak lagi terpusat di satu kutub.agi terpusat di satu kutub, melainkan tersebar di antara berbagai pusat pengaruh global.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia