Era Pasca-Kebenaran: Ancaman Deepfake di Ruang Publik

Sabtu, 1 November 2025 - 09:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Di era deepfake,

Ilustrasi, Di era deepfake, "melihat" bukan lagi berarti "percaya". Teknologi ini mengancam realitas kita. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Bayangkan Anda melihat sebuah video. Di dalamnya, seorang politisi terkenal mengumumkan perang, atau seorang CEO mengakui penipuan besar-besaran. Videonya terlihat asli, suaranya terdengar identik. Namun, kenyataannya, peristiwa itu tidak pernah terjadi.

Selamat datang di era deepfake. Teknologi kecerdasan buatan (AI) ini memungkinkan siapa saja membuat video atau audio palsu yang sangat canggih dan nyaris mustahil kita bedakan dari aslinya. Kita telah resmi memasuki era pasca-kebenaran, tempat orang bisa memanipulasi realitas itu sendiri.

Kekacauan Politik dan Erosi Kepercayaan

Awalnya, deepfake mungkin dikenal sebagai alat untuk skandal receh atau hiburan. Namun, ancaman sesungguhnya jauh lebih besar dan menakutkan.

Potensi terbesarnya adalah kekacauan politik dan disinformasi. Bayangkan dampak dari video deepfake seorang kandidat presiden yang mengucapkan ujaran rasis tepat sebelum hari pemilihan. Atau video palsu seorang pemimpin militer yang memberi perintah serangan. Kerusakan bisa terjadi sebelum orang sempat melakukan verifikasi.

Baca Juga :  Dilema Keamanan: Saat Niat Damai Memicu Perang

Lebih jauh lagi, deepfake menghancurkan fondasi kepercayaan publik. Jika video atau rekaman audio tidak bisa lagi kita percaya sebagai bukti, apa yang tersisa? Ini menciptakan iklim liar’s dividend (keuntungan bagi pembohong). Dalam iklim ini, pejabat korup bisa dengan mudah menyangkal video asli dari kejahatan mereka hanya dengan mengklaimnya sebagai deepfake.

Perlombaan Senjata Digital

Di satu sisi, teknologi AI untuk membuat deepfake semakin mudah kita akses dan makin canggih. Di sisi lain, para peneliti dan perusahaan teknologi berpacu dalam “perang deteksi” untuk menciptakan alat yang bisa mengidentifikasi manipulasi digital ini.

Sayangnya, ini adalah perlombaan senjata yang tidak seimbang. Teknologi pembuat deepfake cenderung berkembang lebih cepat daripada teknologi pendeteksinya. Setiap kali peneliti merilis alat deteksi baru, pembuat deepfake menggunakannya untuk melatih AI mereka agar menjadi lebih pintar dan lebih sulit orang deteksi.

Melihat Bukan Lagi Percaya

Kita sedang menuju masa depan yang tidak pasti, di mana “melihat bukan lagi berarti percaya”. Deepfake adalah ancaman eksistensial terhadap konsep kita tentang kebenaran.

Ini bukan lagi hanya masalah teknis, tapi masalah sosial. Solusinya tidak hanya bergantung pada teknologi deteksi yang lebih baik, tetapi pada literasi digital kritis. Kita sebagai publik harus membangun skeptisisme yang sehat, belajar memverifikasi sumber, dan tidak mudah menyebarkan informasi visual yang sensasional, bahkan jika itu terlihat sangat “nyata”.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7
Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi
Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras
Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus
Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam
Suporter atau Perusuh? Membedah Psikologi Massa di Stadion
Kasus Video Porno Lisa Mariana, Model Cantik Ini Kembali Diperiksa Polisi
Banjir 50 Cm Rendam Tiga Ruas Jalan Jakarta, Lalu Lintas Lumpuh

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 19:26 WIB

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 November 2025 - 19:15 WIB

Doping Genetik: Batas Baru Kecurangan yang Tak Terdeteksi

Selasa, 18 November 2025 - 17:23 WIB

Banjir Jakarta Makin Meluas: 30 RT Terendam, Air Tembus 90 Cm Usai Hujan Deras

Selasa, 18 November 2025 - 16:31 WIB

Menteri Supratman, Aturan Penyadapan Bakal Disatukan dalam Satu UU Khusus

Selasa, 18 November 2025 - 15:59 WIB

Imigrasi Amankan WZ, Buronan Penipuan Rp 2,2 Triliunan Asal China di Batam

Berita Terbaru

Ilustrasi, LeBron James dan CR7 masih mendominasi di usia 40-an. Rahasianya bukan hanya latihan keras, tapi sains pemulihan (recovery) yang ekstrem. Dok: Istimewa.

SPORT

Rahasia Panjang Umur Karier LeBron James dan CR7

Selasa, 18 Nov 2025 - 19:26 WIB