JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Tenggat waktu laporan tinggal sehari lagi, tetapi kamu malah asyik menonton serial atau membersihkan kamar. Kamu tahu tugas itu penting, tetapi selalu menemukan alasan untuk mengerjakannya “nanti”. Kita mengenal fenomena ini sebagai prokrastinasi atau kebiasaan menunda-nunda, dan hampir semua orang pernah mengalaminya.
Meskipun banyak orang sering menganggapnya sebagai tanda kemalasan, penelitian modern menunjukkan bahwa akar masalahnya jauh lebih dalam. Ini bukanlah soal manajemen waktu yang buruk, melainkan soal caramu mengelola emosi.
Alasan Psikologis di Balik Kebiasaan Menunda
Menurut berbagai penelitian, menunda pekerjaan adalah cara otakmu untuk menghindari perasaan tidak nyaman. Ketika kamu menghadapi tugas yang sulit, membosankan, atau memicu kecemasan, kamu cenderung beralih ke aktivitas yang lebih mudah dan menyenangkan untuk mendapatkan “perbaikan suasana hati” sementara.
Ada beberapa pemicu utama di baliknya:
- Rasa Takut Gagal: Sering kali kamu menunda karena takut hasil kerjamu tidak memuaskan atau orang lain akan menilainya buruk. Dengan tidak menyelesaikan tugas, kamu secara tidak sadar melindungi diri dari potensi kritik.
- Perfeksionisme: Tuntutan untuk menghasilkan sesuatu yang “sempurna” bisa sangat melumpuhkan. Beban ekspektasi ini membuat langkah pertama terasa begitu berat, sehingga kamu lebih memilih untuk tidak memulainya sama sekali.
- Pencarian Dopamin Instan: Secara alami, otakmu mencari hadiah. Tugas-tugas yang menantang membutuhkan waktu lama untuk memberikan kepuasan, sementara membuka media sosial atau bermain game langsung memberikan suntikan dopamin (hormon rasa senang). Tentu saja, otak akan memilih jalan pintas yang lebih menyenangkan.
Cara Praktis Melawan Kebiasaan Menunda
Kabar baiknya, kamu bisa mematahkan siklus prokrastinasi. Kuncinya bukan dengan memaksa diri lebih keras, melainkan dengan mengelola emosi dan lingkunganmu. Para ahli psikologi menyarankan beberapa strategi:
- Maafkan Diri Sendiri: Merasa bersalah setelah menunda justru akan memperburuk keadaan dan memicu penundaan lebih lanjut. Terima bahwa kamu telah menunda, maafkan dirimu, dan fokuslah untuk memulai kembali. Ingat, kamu bukan orang pertama atau terakhir yang melakukannya.
- Buat Tugas Terasa Lebih Penting: Alihkan fokus dari perasaan negatif yang terkait dengan tugas tersebut. Ingatkan dirimu mengapa tugas ini penting dan apa manfaatnya setelah kamu berhasil menyelesaikannya. Ini membantu membangun motivasi internal.
- Pecah Tugas Menjadi Bagian-Bagian Kecil: Sebuah proyek besar bisa terasa mengintimidasi. Cobalah memecahnya menjadi beberapa langkah kecil yang bisa kamu selesaikan dalam waktu singkat (misalnya, 15-25 menit). Menyelesaikan satu bagian kecil akan memberimu rasa pencapaian dan momentum untuk melanjutkan.
Ubah Cara Berpikir Tentang “Sempurna”
Pada akhirnya, salah satu langkah terpenting adalah mengubah caramu memandang kesempurnaan. Daripada mengejar hasil yang sempurna, yang sering kali tidak realistis, fokuslah pada kemajuan.
Ingatlah bahwa “selesai” jauh lebih baik daripada “sempurna tapi tidak pernah kamu mulai”. Dengan melepaskan beban perfeksionisme, kamu memberi dirimu izin untuk memulai, membuat kesalahan, dan yang terpenting, menyelesaikan apa yang perlu kamu kerjakan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia