JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Apa makanan yang Anda cari saat merasa sedih, lelah, atau stres? Bagi sebagian orang, jawabannya mungkin semangkuk bubur ayam hangat. Bagi yang lain, bisa jadi itu opor ayam buatan ibu atau sepotong kue cokelat. Makanan ini dikenal sebagai comfort food atau makanan rindu.
Mereka bukan sekadar pengisi perut, tetapi memiliki kemampuan magis untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman. Namun, apa sebenarnya logika di balik fenomena ini?
Makanan yang Sangat Personal
Comfort food adalah makanan apa pun yang memberikan nilai penghiburan psikologis atau emosional. Karena itu, definisinya sangat subjektif dan personal. Makanan yang menenangkan bagi seseorang belum tentu sama bagi orang lain.
Perbedaan ini sering kali tidak ada hubungannya dengan rasa makanan itu sendiri, melainkan dengan pengalaman dan asosiasi yang kita bangun seumur hidup kita terhadap makanan tersebut.
Sains di Balik Rasa Tenang
Meskipun sangat personal, ada alasan ilmiah mengapa makanan tertentu sering menjadi pilihan. Banyak comfort food klasik, seperti es krim, pasta, atau bubur, tinggi karbohidrat dan lemak.
Secara biologis, asupan karbohidrat dapat membantu otak memproduksi serotonin, neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan peningkatan suasana hati dan perasaan tenang. Sementara itu, tekstur lembut dan hangat dari makanan seperti sup atau bubur dapat memberikan sensasi fisik yang menenangkan.
Ingatan Masa Kecil
Faktor terkuat di balik comfort food adalah psikologi asosiasi. Sering kali, makanan ini terhubung erat dengan ingatan positif dari masa kecil. Kita mengasosiasikannya dengan rasa aman, kasih sayang, dan perawatan.
Bubur ayam mungkin mengingatkan kita pada sosok nenek yang merawat kita saat sakit. Opor ayam identik dengan kehangatan momen Lebaran bersama keluarga. Akibatnya, saat kita mengonsumsi makanan itu di masa dewasa, otak kita tidak hanya memproses rasa, tetapi juga membangkitkan kembali perasaan aman dan dicintai dari masa lalu.
Pelukan dalam Mangkuk
Pada akhirnya, comfort food adalah fenomena psiko-biologis. Makanan ini adalah pelukan hangat dalam bentuk makanan. Saat kita merindukannya, kita sebenarnya tidak hanya merindukan rasa, tetapi merindukan perasaan aman, nostalgia, dan koneksi emosional yang dibawanya.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia






















