JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Skandal hukum tambang nikel di Blok Mandiodo, Konawe Utara, bikin geger lagi. Windu Aji Sutanto, bos PT Lawu Agung Mining (LAM), lolos dari jerat tindak pidana pencucian uang (TPPU) meski jelas-jelas terbukti memutar duit korupsi Rp 1,7 miliar buat beli mobil mewah.
Dua hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025), kompak menyatakan perkara TPPU Windu nebis in idem alias tidak bisa dihukum dua kali. Namun, hakim anggota Hiashinta Fransiska Manalu melawan arus dan mengeluarkan dissenting opinion.
Hakim Berantem Opini
Ketua majelis hakim Sri Hartati lantang mengetok palu: “Mengadili, menyatakan perkara terdakwa atas nama Windu Aji Sutanto nebis in idem.”
Artinya, perkara pencucian uang dianggap duplikat dari kasus korupsi tambang nikel yang sudah inkrah. Dengan alasan itu, Windu pun lolos dari hukuman.
Tapi, hakim Hiashinta menolak mentah-mentah putusan ini. Ia menegaskan, korupsi dan pencucian uang berbeda unsur pidana meski bersumber dari peristiwa sama.
“Bahwa walaupun dakwaan didasarkan pada peristiwa yang sama, tetapi perbuatan pidananya berbeda dan diatur dalam undang-undang berbeda,” tegas Hiashinta.
Duit Haram Disulap Jadi Mobil Mewah
Fakta persidangan justru membongkar aib Windu. Ia ketahuan memakai duit hasil penjualan nikel untuk membeli Toyota Land Cruiser, Alphard, dan Mercedes-Benz atas nama PT LAM.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hakim menyebut Windu memakai rekening orang lain, yakni Supriono dan Opah Erlangga Pratama, buat menampung duit nikel sebesar Rp 1,7 miliar.
“Menimbang bahwa Terdakwa Windu Aji Sutanto menerima transfer Rp 1.708.773.000 melalui rekening pihak lain,” ujar hakim.
Hukum Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas
Kasus ini bikin publik garuk kepala. Bagaimana bisa orang yang nyata-nyata belanja mobil mewah pakai duit korupsi justru tidak divonis bersalah?
Hakim Hiashinta sudah jelas menilai tidak ada alasan pemaaf bagi Windu. Tapi suaranya kalah dari dua hakim lain. Lagi-lagi, hukum Indonesia terlihat tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Rakyat kecil bisa dipenjara hanya karena maling semangka, sementara bos tambang triliunan bisa melenggang bebas dengan dalih asas hukum.
Glenn Ikut Bebas
Tak hanya Windu, rekannya Glenn Ario Sudarto, pelaksana lapangan PT LAM, juga ikut melenggang. Hakim menyatakan perkara TPPU Glenn juga nebis in idem, padahal jaksa sudah menuntut 5 tahun penjara plus denda Rp 500 juta.
Sementara Windu sendiri sebelumnya dituntut 6 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan. (red)