Harga Sewa Naik 4 Kali Lipat, Pedagang Pasar Pramuka ‘Ngamuk’ di Balai Kota

Jumat, 10 Oktober 2025 - 08:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pasar Pramuka. Dok: PD Pasar Jaya

Pasar Pramuka. Dok: PD Pasar Jaya

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Pedagang Pasar Pramuka bereaksi keras. Mereka datangi Balai Kota DKI Jakarta untuk menemui Gubernur Pramono Anung, menuntut kejelasan soal kenaikan harga sewa kios pasca-revitalisasi yang dilakukan Perumda Pasar Jaya.

Ketua Asosiasi Perkumpulan Pedagang Pasar Pramuka, Gugum Ridho Putra, menegaskan bahwa pertemuan dengan Gubernur Pramono bertujuan menegosiasikan ulang harga sewa kios yang melonjak tajam setelah pasar direvitalisasi.

“Ini pertemuan negosiasi ulang. Harga sewa setelah renovasi naik empat kali lipat dari sebelumnya. Pedagang jelas keberatan,” ujar Gugum kepada wartawan, Kamis (9/10/2025).

Ia menambahkan, pihaknya sebelumnya sudah sempat berdialog dengan Perumda Pasar Jaya, namun belum ada kata sepakat. Para pedagang bahkan sempat melapor ke Ombudsman RI lantaran khawatir akan adanya penggusuran paksa.

Baca Juga :  Prabowo Hapus Tantiem Komisaris BUMN Rp40 Miliar, BPI Danantara Pastikan Insentif Berbasis Kinerja

“Kami sudah komunikasi beberapa kali, tapi belum ada hasil. Sekarang kami datang ke Pak Gubernur karena sudah dapat surat peringatan ketiga,” jelasnya dengan nada kesel.

Tak Ada Penggusuran

Dalam pertemuan itu, Gubernur Pramono Anung memastikan tidak akan ada penggusuran terhadap pedagang Pasar Pramuka. Ia juga menegaskan agar ruang negosiasi dibuka kembali demi mencapai kesepakatan harga yang rasional.

“Pak Gubernur menjamin tidak ada penggusuran dan meminta Pasar Jaya serta pedagang duduk bersama lagi untuk mencari solusi terbaik,” ungkap Gugum.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pramono, lanjutnya, juga berkomitmen mengawasi langsung proses negosiasi agar pedagang tidak dirugikan.

Salah satu pedagang, Efaldi, membeberkan perbandingan harga sebelum dan sesudah revitalisasi.

Baca Juga :  Bongkar Penyalahgunaan Izin Sewa Kios, Perumda Pasar Jaya Perketat Pengawasan

“Sebelum renovasi, harga sewa Rp5 juta per tahun atau sekitar Rp100 juta untuk 20 tahun. Sekarang naik jadi Rp425 juta per kios, diskon 5 persen, tapi tetap berat,” ujarnya.

Pedagang meminta harga sewa dinegosiasikan menjadi Rp250 juta di lantai dasar dan Rp200 juta di lantai satu untuk masa sewa 20 tahun.

“Kami bukan menolak revitalisasi, tapi minta keadilan. Jangan sampai pedagang kecil tersingkir,” tegasnya dengan nada tinggi.

Hingga Kamis malam (9/10/2025), pertemuan lanjutan antara Pemprov DKI, Perumda Pasar Jaya, dan perwakilan pedagang Pasar Pramuka tengah dijadwalkan pekan depan.

Gubernur Pramono menegaskan akan memantau langsung agar solusi cepat ditemukan tanpa merugikan pedagang. (red)

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober
Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital
Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status
Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital
Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi
Hujan Petir Diprediksi Guyur Jabodetabek 22 Oktober, Warga Diminta Siaga
Hidup di Dunia Simulasi Instagram: Ketika Citra Lebih Nyata dari Kenyataan
Bagaimana Gawai Mengawasi Setiap Gerak-Gerik Kita

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 07:33 WIB

Tolak Makan, Bocah di Bojonggede Tewas Dipukul Ibu Tiri Sejak Awal Oktober

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:59 WIB

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:37 WIB

Modal Tak Kasat Mata Anak Jaksel: Ketika Selera Menjadi Penentu Status

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:21 WIB

Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:15 WIB

Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi

Berita Terbaru

Ilustrasi, Bagaimana ribuan klik dari orang-orang biasa bisa menciptakan perundungan massal? Sebuah pandangan melalui kacamata teori Banalitas Kejahatan dari Hannah Arendt. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Membedah Banalitas Kejahatan di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:59 WIB

Ilustrasi, Dari kegembiraan murni menjadi tuntutan pasar, mengapa hobi yang dimonetisasi sering berakhir dengan kelelahan emosional atau burnout? Dok: Istimewa.

POLITIK

Saat Hobi Menjadi Cuan: Jebakan Alienasi di Era Digital

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:21 WIB

Ilustrasi, Dari K-Pop hingga kopi kekinian, mengapa kita serentak menyukai hal yang sama? Artikel ini mengungkap bagaimana kekuatan budaya tak terlihat membentuk selera kita. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Hegemoni K-Pop dan Secangkir Kopi

Rabu, 22 Okt 2025 - 06:15 WIB