JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Belum lama ini, UNESCO membuat keputusan yang mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang: roti baguette Prancis resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda. Banyak yang bertanya, apa istimewanya sepotong roti panjang yang bahan dasarnya hanya tepung, air, ragi, dan garam?
Ternyata, pengakuan ini menyimpan pemahaman yang jauh lebih dalam tentang apa itu “budaya”. UNESCO tidak sedang melestarikan resep. Sebaliknya, mereka melestarikan sebuah ritual sosial yang hidup.
Bukan Resepnya, Tapi Ritualnya
Pengakuan UNESCO ini tidak berfokus pada baguette sebagai produk pangan. Lebih dari itu, UNESCO mengakui keahlian artisanal dan budaya baguette. Ini adalah tentang seluruh ekosistem sosial yang mengelilingi roti tersebut.
Misalnya, ini adalah tentang ritual harian jutaan orang Prancis yang berjalan kaki ke boulangerie (toko roti artisan) lokal mereka, seringkali dua kali sehari. Ini tentang interaksi sosial yang terjadi saat mengantre, bertukar sapa dengan tetangga, dan mengobrol singkat dengan si pembuat roti. Selain itu, ini adalah tentang pelestarian keahlian tangan sang pembuat roti yang harus bangun sebelum fajar untuk memanggang roti segar.
Makanan sebagai Praktik Budaya
Baguette bukanlah kasus satu-satunya. Memang, UNESCO telah lama mengakui bahwa makanan lebih dari sekadar nutrisi; ia adalah praktik budaya yang hidup.
Sebagai contoh, kita bisa melihat Kimchi di Korea. UNESCO tidak melestarikan resep sawi fermentasinya, melainkan tradisi Kimjang—ritual kolektif tahunan di mana keluarga dan komunitas berkumpul untuk membuat kimchi dalam jumlah besar menjelang musim dingin. Demikian pula, UNESCO mengakui kopi Turki karena ritual sosial kompleks dalam menyiapkan dan meminumnya, serta roti pipih seperti Lavash di Armenia yang melibatkan keahlian komunal.
Kesimpulan
Pengakuan baguette oleh UNESCO adalah pengingat penting. Sebab, warisan budaya bukanlah benda mati yang hanya tersimpan di museum. Warisan budaya adalah praktik yang hidup, bernapas, dan komunitas lakukan sehari-hari.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Oleh karena itu, saat orang Prancis mengantre di boulangerie, mereka tidak hanya membeli roti. Mereka sedang berpartisipasi dalam sebuah ritual sosial yang mengikat komunitas mereka. Pada akhirnya, makanan adalah salah satu bentuk praktik budaya kita yang paling mendasar dan paling hidup.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















